Unik! Umat Muslim di Daerah Ini Hanya Berpuasa 1 Jam Sehari

Umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadhan dengan menjalankan ibadah puasa, yang merupakan salah satu kewajiban bagi setiap Muslim. Namun, durasi puasa yang dijalani ternyata sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografis. Di beberapa daerah, umat Muslim diwajibkan berpuasa selama lebih dari 15 jam, sementara di daerah lain, durasi puasa bisa sangat singkat. Salah satu daerah yang memiliki durasi puasa paling pendek adalah Murmansk, sebuah kota di Rusia yang terletak dekat dengan Kutub Utara, di mana umat Muslim hanya berpuasa selama satu jam setiap harinya.

Fakta unik mengenai durasi puasa yang ekstrem ini menarik perhatian banyak pihak. Fenomena yang menyebabkan hal ini adalah malam kutub yang terjadi di Murmansk. Selama musim dingin, khususnya pada bulan Desember, wilayah ini mengalami kondisi di mana matahari tidak terbit sama sekali selama berhari-hari, bahkan sampai bulan-bulan. Hal ini mengakibatkan waktu antara sahur dan berbuka puasa sangat dekat, sehingga umat Muslim di kota tersebut hanya mempunyai satu jam untuk berpuasa setiap hari.

Sebagai perbandingan, di Indonesia, rata-rata durasi puasa berkisar antara 13 hingga 13,5 jam. Pada Ramadhan 2025, misalnya, waktu imsak di Indonesia bagian barat diperkirakan jatuh pada pukul 04.28 WIB, sementara waktu maghrib pada pukul 18.15 WIB. Jelas terlihat perbedaan yang mencolok antara durasi puasa di Indonesia dan Murmansk.

Seorang pemandu wisata asal Indonesia, Lalu Satria Malaca, berbagi pengalamannya melalui media sosial setelah menjalani puasa singkat di Murmansk. Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram-nya, ia menceritakan, “Hari ini saya puasa, tapi bukan mau pamer puasa. Saya mau pamer puasa saya cuma satu jam. Jadi tadi jam 12 sahur, sekarang sudah buka.” Ia menjelaskan bahwa hanya satu jam setelah sahur, waktu berbuka puasa tiba, yaitu pada pukul 1 siang waktu setempat.

Kondisi unik di Murmansk juga berdampak pada waktu salat. Lalu Satria Malaca mengingatkan kepada kelompok wisata yang ia pimpin bahwa waktu salat subuh, maghrib, dan isya bisa terjadi hampir bersamaan karena durasi siang hari yang sangat singkat. “Waktu salat di sini bisa sangat unik. Sekarang sudah masuk waktu salat subuh, maghrib, dan isya sekaligus,” ujarnya.

Postingan Lalu Satria di media sosial juga mengundang beragam reaksi dari netizen Indonesia. Banyak di antara mereka yang merasa ingin mencoba pengalaman ini dan bahkan bercanda tentang keinginan mereka untuk melakukan ibadah puasa lebih intensif jika berada di sana. Komentar-komentar lucu dan antusias dari netizen seperti “Ya Allah, jadi pengen bayar utang puasa” dan “Kayaknya kalau di sana, bakal rajin puasa sunah” menunjukkan rasa ingin tahu dan ketertarikan mereka terhadap keunikan ibadah puasa di Murmansk.

Meskipun hanya berpuasa selama satu jam, umat Muslim di Murmansk tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan dan rasa syukur. Menjalani puasa di tempat dengan durasi siang hari yang sangat singkat membuat mereka merasakan momen spiritual yang unik, sekaligus memahami pentingnya ibadah puasa dalam konteks yang berbeda.

Dengan kondisi geografis yang ekstrem dan pengalaman ibadah yang berbeda dari kebanyakan umat Muslim di dunia, puasa di Murmansk memberikan perspektif yang menarik tentang variabilitas agama dalam konteks waktu dan ruang. Fenomena ini menegaskan bahwa, meskipun cara menjalani ibadah bisa berbeda, esensi dari puasa Ramadhan tetaplah sama: menahan diri, berdoa, dan memperbanyak amal ibadah.

Exit mobile version