Seorang penumpang kapal perintis Damai Lautan Nusantara (DLN Nusantara) berinisial Haidi, berusia 29 tahun, dilaporkan hilang setelah melompat ke laut pada malam hari, 30 April 2025. Peristiwa tersebut terjadi saat kapal berlayar di perairan Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Haidi diduga melakukan pencurian telepon genggam di atas kapal saat pelayaran dari Balikpapan menuju Surabaya.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Banjarmasin, I Putu Sudayana, menyebutkan bahwa setelah ditangkap oleh petugas keamanan kapal, Haidi berhasil melepaskan borgolnya. Ia kemudian melarikan diri dengan melompati sisi kapal dan terjun ke laut. Upaya pencarian yang dilakukan oleh kru kapal di sekitar lokasi kejadian tidak membuahkan hasil, dan situasi ini dilaporkan kepada Manajer Operasional kapal sebelum dilanjutkan ke Pos SAR Kotabaru.
Operasi pencarian resmi dimulai dengan tim SAR gabungan yang terdiri dari Pos SAR Kotabaru, BPBD, serta unsur potensi SAR lainnya. Tim tersebut melakukan pencarian di area dengan luas kurang lebih 2 nautical miles (NM) dari lokasi kejadian. Meskipun pencarian intensif telah dilakukan, hingga kini Haidi belum berhasil ditemukan.
“Operasi pencarian akan terus dilakukan dengan maksimal. Kami juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan jika menemukan tanda-tanda keberadaan korban di sekitar perairan Sebuku,” ujar Putu. Kegiatan pencarian ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dan keselamatan publik di area perairan yang cukup melelahkan.
Sebelumnya, terjadinya aksi pencurian di kapal pun menjadi perhatian. Dalam situasi serupa, tindakan cepat dari petugas keamanan juga menjadi sangat krusial. Namun, inspeksi keamanan di kapal-kapal perintis perlu ditingkatkan untuk menghindari insiden yang serupa di masa mendatang.
Selain pencarian Haidi, tim SAR juga tengah menangani kasus berbeda, yaitu pencarian seorang warga bernama Ridho, berusia 20 tahun, yang dilaporkan terjatuh dari Jembatan Pekauman di Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar. Ridho diduga hanyut terbawa arus sungai setelah meminta tolong dari warga setempat, sebelum akhirnya menghilang. Pencarian untuk Ridho juga mengalami kesulitan karena arus Sungai Martapura yang deras.
Peristiwa ini menjadi pengingat betapa pentingnya keselamatan di area perairan dan perlunya kerjasama antara masyarakat dan petugas terkait dalam melakukan pencarian dan penyelamatan. Meskipun proses pencarian belum membuahkan hasil, pihak terkait berkomitmen untuk melanjutkan upaya sampai korban ditemukan.
Situasi demikian menjadikan perhatian terhadap keselamatan penumpang di kapal perintis menjadi lebih mendesak. Harapannya, melalui kejadian ini, pihak berwenang dapat melakukan evaluasi dan perbaikan dalam sistem keamanan pelayaran, agar insiden serupa tidak terulang di masa yang akan datang.