Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengindikasikan bahwa Ukraina bersedia melakukan pertukaran wilayah dengan Rusia sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri konflik berkelanjutan yang telah berlangsung hampir tiga tahun. Dalam sebuah wawancara yang dilaksanakan pada Selasa, 11 Februari 2025, Zelensky menekankan pentingnya peran Amerika Serikat dalam proses negosiasi ini, sekaligus menyampaikan tawaran untuk berunding terkait pertukaran wilayah tersebut.
Zelensky menyatakan niatnya untuk menawarkan wilayah Kursk, yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Ukraina, sebagai bagian dari kesepakatan yang mungkin dicapai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. “Kami akan menukar satu wilayah dengan wilayah lain. Namun saya belum menentukan wilayah mana yang akan diminta sebagai gantinya,” ujarnya. Menurutnya, semua wilayah Ukraina memiliki nilai penting dan tidak ada satu pun yang bisa dinyatakan lebih utama dibanding yang lain.
Dalam konteks ini, Zelensky juga menegaskan bahwa keamanan Ukraina tidak dapat dijamin tanpa keterlibatan aktif Amerika Serikat. Dalam wawancaranya dengan The Guardian, Zelensky mengungkapkan kekecewaannya terhadap pandangan yang menyatakan bahwa Eropa dapat memberikan jaminan keamanan tanpa dukungan Amerika. “Saya selalu menegaskan bahwa itu tidak mungkin,” katanya, menekankan bahwa peran AS sangat krusial.
Pertemuan mendatang antara Zelensky dan Wakil Presiden AS JD Vance juga menjadi sorotan. Pertemuan yang dijadwalkan akan berlangsung pada 14 Februari di Konferensi Keamanan München ini diharapkan dapat mendiskusikan langkah-langkah konkret untuk mengakhiri konflik. Vance dikenal sebagai salah satu kritikus terhadap bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina, sehingga pertemuan ini akan menjadi penting untuk menentukan arah dukungan Amerika ke depan.
Rusia, yang telah mengklaim menguasai lima wilayah Ukraina sejak beberapa tahun lalu, termasuk Crimea, Donetsk, Kherson, Lugansk, dan Zaporizhzhia, tetap bersikeras dalam klaimnya meskipun belum sepenuhnya mengendalikan seluruh kawasan tersebut. Menanggapi tuntutan keamanan yang ditekankan oleh Ukraina, Zelensky menekankan bahwa setiap kesepakatan dengan Rusia harus dilengkapi dengan jaminan keamanan yang kuat dari pihak Washington.
Pemerintah Ukraina merasa khawatir akan potensi serangan baru dari Rusia jika kesepakatan damai tidak mengandung komitmen militer yang konkret, seperti penempatan pasukan penjaga perdamaian atau keanggotaan Ukraina dalam NATO. Dalam hal ini, Zelensky berharap bahwa dukungan internasional akan mencakup ketentuan yang dapat mencegah Rusia mengambil kembali kendali atas wilayah yang dipertukarkan.
Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump juga menunjukkan minat untuk membantu memfasilitasi negosiasi damai antara kedua belah pihak. Trump telah mengkonfirmasi bahwa ia akan mengirimkan utusan khususnya untuk menyusun proposal penghentian perang di Ukraina. Langkah ini diharapkan dapat memicu dialog lebih lanjut mengenai pertukaran wilayah yang dibicarakan oleh Zelensky.
Zelensky menggarisbawahi minatnya untuk menarik perhatian bisnis Amerika dengan menawarkan peluang kontrak rekonstruksi nilai tinggi kepada perusahaan-perusahaan AS, sebagai insentif bagi mereka untuk terlibat dalam pembangunan kembali Ukraina setelah konflik. Ia menyampaikan bahwa Ukraina memiliki cadangan mineral yang besar, yang menjadi potensi investasi yang menguntungkan bagi mitra-mitra internasional.
Pertemuan penting di Munich dan pernyataan-pernyataan berani dari Zelensky terkait pertukaran wilayah ini muncul di tengah peningkatan tekanan di medan perang, di mana Rusia terus melancarkan ofensif di wilayah Donetsk. Pemukiman yang hancur akibat serangan artileri di kawasan tersebut menjadi ilustrasi nyata dari kompleksitas situasi yang harus dihadapi oleh kedua belah pihak dalam proses negosiasi ke depan.