Kisah Ria, seorang penyintas limfoma berusia 22 tahun, menggambarkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan harapan. Pada awalnya, Ria hanya mengalami gejala batuk biasa, namun perkembangan kondisi kesehatan yang semakin memburuk menjadikan keluarganya khawatir. Dalam waktu singkat, ia harus bolak-balik dari Kota Padang, Sumatera Barat, ke Pantai Hospital Ayer Keroh di Melaka, Malaysia, untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Latar belakang Ria yang merupakan mahasiswi tahap akhir di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang membuat perjuangannya untuk sembuh terasa sangat berat. Ia terpaksa meninggalkan kuliah demi fokus pada proses penyembuhan, sebuah keputusan yang tidak mudah bagi seorang yang memiliki cita-cita tinggi. Ayahnya, Safarudin, menceritakan betapa sulitnya melihat putrinya menderita. “Gejala awalnya Ria batuk-batuk. Nafsu makannya berkurang, dan kondisi tubuhnya kian lemah,” ujarnya. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Ria akhirnya didiagnosis menderita limfoma atau kanker kelenjar getah bening.
Pengobatan di Pantai Hospital Ayer Keroh membawa Ria ke dalam proses yang panjang dan melelahkan. Namun, atas kesabaran dan ketekunannya, Ria berhasil melewati pengobatan dan mendapatkan kabar baik bahwa sel-sel kanker dalam tubuhnya telah mati. Meski dokter menganjurkan Ria untuk menjalani kemoterapi rutin setiap dua minggu, keberhasilan pengobatan ini menjadi cahaya harapan bagi Ria dan keluarganya.
Pantai Hospital Ayer Keroh, sebagai tempat Ria mendapatkan perawatan, dikenal dengan layanan medis yang profesional dan ramah. CEO rumah sakit, Tan Yew Aik, menegaskan komitmen rumah sakit dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pasien lokal dan internasional. “Kami berusaha menjaga pasien dari Indonesia karena banyak yang jatuh cinta pada pelayanan kami,” ujarnya. Dengan dilengkapi teknologi medis modern dan lebih dari 200 tempat tidur, rumah sakit ini terus berkembang menjadi salah satu penyedia layanan kesehatan terkemuka di wilayah Selatan Malaysia.
Perjuangan Ria melawan kanker bukan hanya sekadar tentang pengobatan medis. Proses ini juga mengajak kita untuk merenungkan nilai dukungan keluarga dan orang-orang terkasih. Selama jangka waktu ini, Ria mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya yang tak henti-hentinya melantunkan doa untuk kesembuhannya. Safarudin sebut Ria sebagai pahlawan kecil dalam keluarga, dengan keberanian luar biasa melawan ketakutan dan rasa sakit yang dirasakannya.
Dalam kesempatan lain, rumah sakit ini juga menjadi tujuan bagi pasien yang ingin berobat sambil menikmati keindahan Melaka, tempat yang kaya akan sejarah dan budaya. Ria, meskipun masih dalam proses penyembuhan, tetap berusaha menikmati keindahan kota sekitar—dari Jonker Street hingga Melaka River—sebuah upaya untuk mengalihkan pikirannya dari penyakit yang dihadapinya.
Kisah Ria memberikan gambaran yang jelas bahwa menghadapi penyakit berat memerlukan ketahanan luar biasa, dan selalu ada harapan di tengah kegelapan. Keberanian dan semangatnya bukan hanya melakukan perlawanan terhadap limfoma, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai kehidupan. Ria mengajarkan bahwa dalam setiap perjuangan, ada cahaya yang bersinar di ujung jalan, mengingatkan kita akan pentingnya cinta, harapan, dan dukungan dari keluarga.