Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Pangeran Inggris, William, menjadi sorotan utama pada pemakaman Paus Fransiskus yang digelar di Vatikan pada 26 April 2025. Kehadiran kedua tokoh ini di Lapangan Santo Petrus tidak hanya memicu perhatian karena status mereka, tetapi juga karena pilihan pakaian yang mereka kenakan, yang tampaknya melanggar protokol berpakaian yang diharapkan selama acara sakral tersebut.
Dalam foto-foto yang beredar di media, Trump terlihat mengenakan setelan jas biru dipadamu dengan dasi biru muda dan pin kerah khas bendera Amerika. Penampilannya tentu saja menjadi bahan diskusi di kalangan pengamat, mengingat bahwa protokol Vatikan merekomendasikan jas hitam, dasi hitam, dan pin kerah hitam untuk pria yang menghadiri pemakaman. Sebaliknya, Pangeran William mewakili Raja Charles III yang tidak dapat hadir karena alasan kesehatan. William mengenakan setelan jas gelap klasik dan dasi, meskipun jas berwarna biru tua yang ia pilih juga tidak sesuai dengan harapan protokol.
Dalam liputan tersebut, mantan Presiden Joe Biden juga mencolok karena pilihannya untuk mengenakan dasi biru, menyimpang dari norma yang lebih formal. Keputusan ini memicu perdebatan lebih lanjut mengenai kesopanan dan kepatuhan terhadap protokol yang telah ditetapkan oleh Vatikan untuk acara-acara seremonial, terutama yang menyangkut pemakaman seorang paus.
Menurut laporan Il Messaggero, sebuah surat kabar Italia terkemuka, protokol berpakaian untuk acara pemakaman Paus adalah sebagai berikut: bagi pria, mengenakan jas berwarna gelap dengan dasi hitam panjang dan kancing berwarna sama, sedangkan wanita diharapkan mengenakan gaun hitam panjang, dilengkapi dengan sarung tangan dan kerudung. Hanya hiasan berupa untaian mutiara yang diperbolehkan. Protokol ini menunjuk pada tradisi yang telah mapan, memberikan panduan yang jelas untuk semua yang hadir.
Menariknya, Ibu Negara Melania Trump, meskipun diiringi oleh suaminya yang berani melanggar aturan berpakaian, memilih untuk menghormati norma dengan mengenakan gaun hitam lengan panjang dan kerudung mantilla hitam, menunjukkan bahwa tidak semua anggota keluarga mengikuti aturan yang berlaku. Di samping itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, tampil tanpa dasi dalam busana serba hitam, yang juga menimbulkan pembicaraan di kalangan wartawan.
Diskusi mengenai pakaian mereka berkembang menjadi kritik yang lebih luas, terutama mengingat perbedaan cara berpakaian di antara peserta. Protokol yang ada berfungsi untuk menjaga hirarki sosial dalam upacara, di mana bangsawan Katolik biasanya duduk di baris depan, diikuti oleh bangsawan non-Katolik dan kepala negara. Namun, dalam acara ini, Trump dan Zelensky ditempatkan di baris depan, sebuah penyimpangan mencolok yang memicu banyak tanya mengenai alasan di balik keputusan tersebut.
Seluruh pemakaman Paus Fransiskus sendiri berlangsung dengan khidmat, dihadiri sekitar 250 ribu orang. Beliau dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, berbeda dengan banyak paus sebelumnya yang dimakamkan di Basilika Santo Petrus.
Kehadiran Trump dan William serta pilihan pakaian yang mereka kenakan dalam pemakaman ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh pejabat tinggi dalam menghormati tradisi sekaligus membawa identitas mereka sendiri. Momen ini mungkin akan tetap teringat sebagai bagian dari era di mana simbolisme dan perilaku publik sering kali saling bertabrakan. Apakah ini akan mengubah cara tokoh-tokoh besar berpakaian di masa mendatang saat menghadiri acara seremonial semacam ini? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.