Krisis Oksigen Mendera RS Jalur Gaza Pasca Serangan Israel

Di tengah gempuran serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, krisis oksigen parah melanda rumah sakit-rumah sakit di wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan keadaan darurat ini, menyoroti dampak destruktif dari serangan yang menjadikan fasilitas kesehatan sebagai salah satu sasaran utama. Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Minggu (16/2), mereka melaporkan bahwa banyak rumah sakit tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen, yang esensial bagi para pasien.

Akibat dari serangan yang sistematis, dari 38 rumah sakit yang beroperasi di Gaza, 34 di antaranya hancur total. Sementara itu, empat rumah sakit yang masih tersisa hanya dapat beroperasi dengan kapasitas sangat terbatas. Tidak hanya fasilitas kesehatan utama, namun juga 80 pusat layanan kesehatan lain terpaksa berhenti beroperasi. Hal ini disertai dengan kerusakan yang lebih luas pada infrastruktur medis, di mana 136 ambulans juga dilaporkan rusak akibat serangan.

Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa situasi ini dapat semakin memburuk jika Israel terus menolak untuk mengizinkan pengiriman generator oksigen ke wilayah tersebut. Krisis oksigen yang berkepanjangan dapat mengancam nyawa banyak pasien yang bergantung pada perawatan medis yang memadai. Para tenaga medis di lapangan juga melaporkan kekurangan obat-obatan dan peralatan medis yang sangat mendesak, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada.

Sejak dimulainya serangan, jumlah korban jiwa di Gaza telah mencapai angka yang mengkhawatirkan. Lebih dari 48.200 warga Palestina, sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam gempuran ini. Kehancuran yang luas ini menggambarkan dampak dari konflik yang berkepanjangan, di mana warga sipil menjadi yang paling menderita.

Krisis ini tidak hanya menjadi masalah lokal, tetapi juga menarik perhatian internasional. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengungkapkan bahwa rencana rekonstruksi untuk Gaza sedang disusun dengan koordinasi pihak Palestina dan dukungan dari negara-negara Arab serta komunitas internasional. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (16/2) dalam pertemuan di Kairo dengan delegasi Kongres AS yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, Darrell Issa.

Abdelatty juga menegaskan bahwa upaya pemulihan dan rekonstruksi di Gaza harus dilakukan dengan cara yang komprehensif dan multi-tahap. Rencana ini bertujuan untuk memastikan bahwa warga Palestina tetap dapat tinggal di tanah mereka dengan aman, di tengah ancaman yang terus berlangsung.

Krisis oksigen di rumah sakit-rumah sakit Gaza menjadi gambaran nyata dari dampak konflik yang berkepanjangan. Kementerian Kesehatan Gaza menegaskan bahwa seluruh dunia perlu memberikan perhatian lebih terhadap situasi ini, agar aksi kemanusiaan dapat dilakukan sebelum terlambat. Dalam konteks ini, relawan dan organisasi kemanusiaan dituntut untuk mengambil langkah konkret dalam membantu warga Gaza yang terjebak dalam ketidakpastian dan kebutuhan mendesak.

Dari semua yang terjadi, semakin jelas bahwa kebutuhan akan dukungan internasional yang lebih kuat amatlah mendesak. Dalam menghadapi tantangan ini, dunia tidak hanya harus memperhatikan angka statistik, tetapi juga tetap mengedepankan kemanusiaan dan hak setiap individu untuk hidup dengan layak dan aman. Sebagaimana situasi di Gaza semakin memburuk, harapan untuk pemulihan dan perdamaian menjadi semakin vital bagi rakyat yang menderita akibat konflik yang berkepanjangan ini.

Exit mobile version