Kesaksian dari Dr. Sergio Alfieri, kepala tim medis di Rumah Sakit Gemelli, Roma, memberikan gambaran mendalam mengenai saat-saat terakhir Paus Fransiskus sebelum wafat. Menurut Dr. Alfieri, yang menerima panggilan darurat dari Vatikan pada pukul 05.30 pagi pada 21 April 2025, Paus Fransiskus telah berada dalam kondisi koma yang tenang ketika ia tiba di Casa Santa Marta sekitar 20 menit kemudian.
“Ketika saya memasuki kamar beliau, saya melihat matanya terbuka, tetapi tidak ada tanda-tanda sesak napas. Saya memanggil namanya, tetapi tidak ada respons. Itu saat saya tahu bahwa segalanya telah terlambat,” jelas Dr. Alfieri dalam wawancara dengan Corriere della Sera.
Pengembalian Paus ke rumah sakit sempat dibahas, namun Dr. Alfieri menilai tindakan itu tidak akan memberikan perubahan signifikan. "Kalau dibawa ke rumah sakit, beliau mungkin akan meninggal di perjalanan. CT scan pun tidak akan mengubah hasilnya karena strok yang dialaminya sangat parah," tambahnya. Strok yang dialami Paus Fransiskus diketahui sangat berat dan biasanya mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.
Paus Fransiskus wafat pada pukul 07.35 pagi di usia 88 tahun, diakibatkan oleh strok otak, koma, dan gagal jantung ireversibel. Menurut surat kematian yang ditandatangani oleh Direktur Kesehatan Vatikan, Andrea Arcangeli, kondisi kesehatan Paus telah menurun secara drastis setelah sebelumnya menderita pneumonia bilateral dan memiliki riwayat penyakit hipertensi, bronkiektasis multipel, serta diabetes tipe 2.
Sebelum kepergiannya, Paus Fransiskus masih melaksanakan tugasnya pada Misa Paskah di Lapangan Santo Petrus sehari sebelumnya, yang menjadi penampilan publik pertamanya setelah keluar dari rumah sakit pada 23 Maret 2025. Hal ini menunjukkan semangat dan dedikasi yang tinggi untuk melayani umatnya. Meskipun tim medis menganjurkan agar ia beristirahat selama dua bulan penuh setelah perawatan, Paus memilih untuk kembali bertugas kurang dari sebulan kemudian.
Dalam percakapan terakhirnya dengan Dr. Alfieri pada 19 April, Paus tampak sehat dan bahagia. Dr. Alfieri menyatakan, “Saya membawakan kue kesukaannya. Beliau mengatakan cukup sehat untuk kembali bekerja dan sangat bahagia bisa melayani.” Hal ini mencerminkan komitmen Paus Fransiskus untuk menjalankan misinya sebagai pemimpin Gereja Katolik hingga akhir hayatnya.
Para pelayat dari berbagai belahan dunia juga memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus di Vatikan. Banyak yang berkumpul di Basilika Santo Petrus untuk mengenang pengabdian dan kebaikan yang telah ditunjukkan oleh sang Paus selama memimpin.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang sederhana dan penuh kasih. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak langkah reformasi dan kebijakan yang diambilnya untuk memperbaiki citra Gereja Katolik serta mendekatkan diri dengan masyarakat. Meskipun usianya sudah lanjut dan kesehatan yang terus menurun, semangat melayani tidak pernah redup.
Berita ini menggambarkan betapa besar pengaruh Paus Fransiskus dalam kehidupan banyak orang dan bagaimana warisannya akan terus dikenang. Dengan kesaksian dari tim medis yang mendampinginya, menggambarkan betapa damainya masa-masa terakhir dari seorang pemimpin spiritual global. Pelayanan dan dedikasinya yang tiada henti menjadi teladan bagi banyak orang dalam menjalani hidup yang bermakna.