Kerajaan Majapahit, yang berdiri pada abad ke-13 Masehi, dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekayaan alamnya yang melimpah, terutama dalam sektor pertanian, menjadi tumpuan perekonomian kerajaan ini. Beras, sebagai salah satu komoditas utama, tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal, tetapi juga diperdagangkan ke berbagai negara, termasuk Cina dan India.
Penguasaan terhadap hasil pertanian, khususnya beras, menunjukkan betapa majunya teknologi pertanian di Majapahit. Beras dari wilayah kekuasaan ini bahkan menjadi komoditas yang dapat diekspor, dengan pelabuhan-pelabuhan di Maluku berfungsi sebagai jalur perdagangan untuk menukar beras dengan rempah-rempah dan barang berharga lainnya.
Menurut data yang diambil dari “700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai”, transaksi perdagangan yang melibatkan beras Majapahit menjadi daya tarik bagi pedagang dari Cina dan India. Dalam pertukaran ini, beras ditukar tidak hanya dengan keramik, tetapi juga kain sutera dan berbagai benda logam yang nilai barter-nya sekarang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan nilai beras itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa perdagangan Majapahit bukan hanya sekadar pertukaran barang, tetapi juga mencerminkan posisi strategis kerajaan dalam perekonomian regional.
Keberhasilan dalam perdagangan beras mendorong para pejabat kerajaan untuk terus meningkatkan hasil pertanian. Para petani di Majapahit tidak hanya diharapkan untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga untuk menyuplai kebutuhan ekspor. Data menunjukkan bahwa teknologi pertanian yang diterapkan di Majapahit sudah cukup canggih untuk masa itu. Dalam catatan sejarah dan arkeologi banyak ditemukan prasasti yang menjelaskan tentang pengelolaan irigasi yang baik, serta tata cara pertanian yang efisien.
Sistem pengairan yang terorganisir dengan baik menjadi salah satu kunci kesuksesan pertanian di kerajaan ini. Dengan adanya teknologi perairan yang maju, sawah-sawah bisa diairi secara optimal, sehingga menghasilkan panen yang berlimpah. Hal ini tercermin dalam penggunaan alat pertanian yang lebih canggih, seperti bajak, serta metode persemian dan penanggulangan hama yang lebih efektif.
Pertanian yang intensif tersebut didukung oleh organisasi masyarakat desa yang mapan. Peran serta perangkat pengelola sektor pertanian di desa-desa menjadi pendorong bagi petani untuk memaksimalkan hasil panen. Melalui sistem ini, tidak mengherankan jika pada masa Majapahit terjadi puncak perkembangan dalam organisasi pengairan dan pertanian di Jawa kuno.
Secara keseluruhan, kemajuan teknologi dan pengelolaan sektor pertanian menjadi bagian penting dari kekuatan perekonomian Majapahit. Beras yang dihasilkan tidak hanya menopang kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga menjadikan Majapahit sebagai pusat perdagangan yang menarik perhatian berbagai bangsa. Dengan posisi strategisnya dalam perdagangan, Majapahit mampu berinteraksi dengan banyak negara, membuka peluang bagi pertukaran budaya dan barang.
Kerajaan ini tidak hanya dikenal sebagai pelaku ekonomi yang kuat, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang kaya akan tradisi dan inovasi. Pedagang dari berbagai belahan dunia mencatat kekayaan dan kemajuan sumber daya alam Majapahit, menjadikannya sebuah kerajaan yang dikenang sebagai tonggak sejarah yang berpengaruh hingga kini. Melalui kekayaan alam dan sistem pertanian yang efisien, Majapahit terus menciptakan legacy yang berharga dalam sejarah Indonesia.