Konflik antara satwa liar dan manusia kembali menjadi sorotan setelah seorang pekerja kehutanan tewas diterkam oleh Harimau Sumatra di Kabupaten Pelalawan, Riau. Insiden tragis ini terjadi saat Yafao Zebua, 50 tahun, yang merupakan karyawan kontraktor di bidang pemeliharaan tanaman, sedang melaksanakan tugasnya di lapangan. Menurut keterangan dari Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Genman Suhefti Hasibuan, korban mengalami luka parah di bagian leher, kepala, dan paha akibat serangan harimau tersebut.
Korban tewas pada tanggal 13 Maret 2024, dan laporan mengenai insiden tersebut segera diterima oleh pihak BBKSDA Riau. Genman menyatakan bahwa BBKSDA langsung menanggapi laporan tersebut dengan melakukan koordinasi cepat bersama perusahaan yang memegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di daerah tersebut. “Kami berupaya mendapatkan informasi lengkap dan melakukan langkah-langkah penanggulangan,” ungkapnya.
Dalam upaya mencegah kejadian serupa, BBKSDA Riau mengambil langkah-langkah preventif dengan menurunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) untuk melakukan kajian dan penanggulangan konflik. Petugas memasang dua unit boxtrap di lokasi tempat kejadian perkara (TKP) yang diduga menjadi lintasan harimau berdasarkan jejak yang ditemukan. Kamera pemantau juga dipasang untuk memantau pergerakan satwa tersebut.
Dua hari setelah pemasangan boxtrap, pada 16 Maret 2024, Harimau Sumatra berhasil terjebak dalam kandang jebak yang dipasang. Tim BBKSDA lalu melakukan evakuasi menggunakan kendaraan air, dan selanjutnya harimau tersebut dibawa ke kandang habituasi untuk dirawat sebelum dilepaskan kembali ke habitat alaminya.
Sebagai tindak lanjut pasca-evakuasi, Genman menyatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan patroli di area rawan konflik serta melakukan sosialisasi mengenai cara aman jika bertemu dengan Harimau Sumatra kepada para pekerja. “Kami juga mendorong penerapan sistem peringatan dini di wilayah yang berbatasan dengan habitat satwa liar,” tambahnya.
Kejadian ini menyadarkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait dalam upaya konservasi Harimau Sumatra dan pengurangan potensi konflik dengan manusia. BBKSDA Riau menegaskan bahwa upaya mitigasi konflik satwa liar terus diperkuat dengan melibatkan berbagai elemen, termasuk aparat keamanan, akademisi, dan organisasi konservasi.
Sementara itu, Genman mengimbau masyarakat agar segera melaporkan jika menemukan jejak atau melihat keberadaan Harimau Sumatra di sekitar pemukiman. Laporan dapat disampaikan melalui call center BBKSDA Riau atau kepada aparat desa setempat. Selain itu, untuk menjaga keseimbangan ekosistem, masyarakat juga diingatkan untuk tidak melakukan perburuan terhadap satwa yang menjadi mangsa harimau, seperti rusa dan babi hutan.
Insiden maut ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi dalam konservasi satwa, terutama dalam penanganan konflik antara Harimau Sumatra dan manusia. Dapat diharapkan, dengan adanya langkah-langkah yang lebih terencana dan edukasi kepada masyarakat, potensi konflik di masa depan dapat ditekan. Diperlukan sinergi yang kuat dari semua pihak untuk menjaga kelestarian Harimau Sumatra sebagai satwa yang dilindungi serta memastikan keselamatan masyarakat di sekitar habitat mereka.