Pemerintah Jepang mengumumkan proyek hibah makan bergizi gratis senilai 3,34 juta dolar AS (sekitar Rp54 miliar) untuk sekolah-sekolah di Kabupaten Biak Numfor, Papua. Proyek ini diselenggarakan bekerja sama dengan UNICEF, dan penandatanganan dokumen hibah dilaksanakan di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta pada hari Senin, 24 Februari. Dalam kesempatan tersebut, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, dan Perwakilan UNICEF, Maniza Zaman, menandatangani kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan nutrisi anak-anak di Indonesia.
Dubes Masaki menyampaikan bahwa hibah ini merupakan bagian dari komitmen Jepang untuk mendukung program Presiden Prabowo Subianto dalam peningkatan gizi anak-anak. “Sebagai bentuk kerja sama Jepang untuk mendukung sistem makan siang sekolah di Indonesia, pemerintah Jepang berkolaborasi dengan UNICEF untuk mengimplementasikan program selama dua tahun yang dimulai April 2025,” tuturnya.
Program ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Perdana Menteri Jepang, Ishiba Shigeru, dan Presiden Prabowo yang berlangsung pada bulan Januari lalu. Dalam pertemuan tersebut, PM Ishiba menekankan pentingnya berbagi pengalaman mengenai program makan siang di Jepang, yang dikenal dengan konsep Shokuiku—suatu pendidikan mengenai makanan dan nutrisi. Konsep ini tidak hanya mengajarkan anak-anak tentang cara menyiapkan makanan, tetapi juga memberikan pengetahuan tentang pola makan sehat yang dapat diterapkan sepanjang hidup.
Duta Besar Jepang tersebut juga menggarisbawahi bahwa perhatian terhadap nutrisi sangat penting bagi kesehatan masyarakat, dan Shokuiku dapat menjadi pendekatan efektif untuk memerangi stunting di kalangan anak-anak. Makan yang bergizi, lanjutnya, merupakan kunci dalam mencegah penyakit serta menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Program bersama Jepang dan UNICEF ini akan melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN) dan menargetkan 2.500 anak sekolah di Biak. Di daerah tersebut, akan didirikan dapur pusat yang bertugas menyediakan makanan bergizi gratis. Selain itu, program ini juga akan mencakup pendidikan bagi 2.500 orang tua, 150 guru dan kepala sekolah, serta kolaborasi dengan ahli nutrisi dari UNICEF untuk memberikan arahan kepada sekolah dan guru. Proyek ini juga akan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam hal penyelenggaraan makan bergizi.
Nurjaeni, Direktur Sistem Pemenuhan Gizi BGN, mengapresiasi inisiatif dari pemerintah Jepang dan UNICEF. Ia menjelaskan bahwa proyek ini diharapkan akan memberikan pembelajaran bagi pelaksanaan program makan bergizi gratis yang sedang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini. “Kami menyambut kerja sama dan bantuan dari Jepang serta UNICEF. Saat ini masih ada gap pengetahuan dan teknis dalam pelaksanaan program ini,” ungkapnya.
Menurut catatan BGN, di Biak saat ini baru ada satu dapur pusat yang beroperasi, sehingga kehadiran proyek Jepang diharapkan dapat mencakup anak-anak yang saat ini belum menerima akses terhadap program nutrisi yang memadai. Proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya bagi anak-anak penerima manfaat, tetapi juga bagi sistem pendidikan dan kesehatan di Papua.
Dengan proyek ini, Jepang menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas kehidupan anak-anak di Indonesia melalui pendanaan dan transfer pengetahuan. Kolaborasi antara pemerintah Jepang, UNICEF, dan pemerintah Indonesia bisa menjadi model dalam menciptakan sistem gizi yang lebih baik bagi generasi mendatang. Penjagaan kesehatan dan gizi yang baik di kalangan anak-anak menjadi suatu kebutuhan mendesak yang harus dihadapi dengan kolaborasi antara berbagai pihak.