Israel Murka: Jenazah yang Diterima dari Hamas Bukan Sandera!

Militer Israel mengungkapkan kemarahan pada Jumat, 21 Februari 2025, setelah memperoleh informasi bahwa salah satu jenazah yang diserahkan oleh Hamas bukanlah sandera yang mereka cari. Insiden ini terjadi di tengah ketegangan yang tinggi antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, yang terus memicu ketidakpuasan dan ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.

Menurut laporan resmi dari militer Israel, saat penyerahan tersebut, dua jenazah teridentifikasi sebagai bayi Kfir Bibas dan saudara laki-lakinya yang berusia empat tahun, Ariel. Namun, jenazah ketiga yang seharusnya merupakan ibu mereka, Shiri, tidak cocok dengan identifikasi dari sandera yang ada dan masih belum teridentifikasi. “Ini adalah pelanggaran yang sangat serius oleh organisasi teroris Hamas, yang menurut perjanjian berkewajiban untuk memulangkan empat sandera yang telah meninggal,” ujar militer Israel dalam siaran persnya, sebagaimana dikutip oleh Alarabiya.

Sebagai respon, Israel menuntut agar pihak Hamas segera mengembalikan jenazah Shiri serta semua sandera lainnya. Keluarga sandera Oded Lifshitz juga menyatakan bahwa jenazahnya telah diidentifikasi secara resmi, tetapi hasil pemeriksaan DNA menunjukkan bahwa jenazah tersebut bukanlah sandera Lifshitz.

Kejadian ini merupakan bagian dari gencatan senjata yang disepakati bulan lalu dengan dukungan dari Amerika Serikat, serta mediasi dari Qatar dan Mesir. Dalam situasi ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Hamas akan mendapat konsekuensi akibat tindakan ini dan bersumpah untuk membalas dendam. “Darah orang-orang yang kami cintai berteriak kepada kami dari tanah dan mewajibkan kami untuk membalas dendam kepada para pembunuh keji, dan kami akan melakukannya,” ungkapnya.

Penyerahan jenazah tersebut juga menjadi sorotan internasional. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mencatat bahwa cara pengarak-arakan jenazah oleh Hamas sangat tidak manusiawi dan bertentangan dengan hukum internasional yang mengharuskan jenazah diserahkan dengan cara yang menghormati martabat almarhum. Peristiwa tersebut telah memicu kerumunan warga Israel yang berkumpul untuk memberikan penghormatan di sepanjang jalan, di tengah hujan, saat konvoi membawa peti mati melintas. Banyak dari mereka terlihat berduka, mengenakan bendera Israel dan bersuara penuh emosi, berharap agar situasi ini segera membaik.

Selama beberapa bulan terakhir, wilayah yang telah menjadi arena konflik selama lebih dari 16 bulan ini, hasrat untuk menciptakan perdamaian di antara dua pihak pun semakin memburuk. Pejabat Israel terus menegaskan komitmen mereka untuk memusnahkan Hamas dan menuntut agar sekitar 250 sandera yang diculik selama serangan pada Oktober 2023 dikembalikan. Sementara itu, reaksi dari Hamas terhadap tuduhan Israel belum dikeluarkan, menjadikan ketegangan antara kedua belah pihak semakin tajam.

Penyerahan jenazah dengan cara yang dramatis ini, dilengkapi dengan poster yang mengacu pada peti mati yang mungkin dihubungkan dengan ancaman lebih lanjut, menunjukkan betapa rumitnya situasi yang ada. Saat militan Hamas membawa peti mati tersebut, poster bertuliskan “Kembalinya Perang = Kembalinya Tahanan Anda dalam Peti Mati” nampak mencerminkan intensitas konflik yang berlangsung.

Ke depan, banyak yang berharap bahwa kedua belah pihak dapat menemukan jalan menuju dialog yang lebih konstruktif demi mengurangi penderitaan warga sipil dan menciptakan peluang untuk perdamaian yang lebih abadi di kawasan tersebut.

Exit mobile version