Iran Rencanakan 974 Rumah di Tepi Barat, Perburuk Hubungan Palestina

Yerusalem – Israel telah mengumumkan rencana untuk membangun 974 rumah pemukim baru di Tepi Barat yang diduduki. Kegiatan ini, yang dilaporkan oleh organisasi pemantau anti-pemukiman, Peace Now, dipandang sebagai langkah yang dapat memperburuk hubungan antara Israel dan Palestina, terutama mengingat latar belakang konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut.

Pembangunan tersebut diproyeksikan dapat membuat pemukiman Efrat berkembang sebesar 40%. Namun, hal ini juga mengancam rencana pembangunan kota Palestina di dekat Bethlehem. Menurut Hagit Ofran, pemimpin pemantauan permukiman dari Peace Now, pembangunan dapat dimulai setelah proses kontrak dan penerbitan izin, yang kemungkinan akan memakan waktu setidaknya satu tahun. Mendesak dalam konteks ini adalah bagaimana perkembangan ini dapat mempengaruhi stabilitas dan dinamika politik di wilayah tersebut.

Sejak Israel merebut Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967, pemukiman Israel telah menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk hubungan antara kedua pihak. Palestina memandang pembangunan pemukiman sebagai penghalang perdamaian dan mengharapkan ketiga wilayah tersebut menjadi bagian dari negara masa depan mereka. Dalam pandangan banyak negara internasional, ekspansi pemukiman ini dianggap ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional.

Menurut data, lebih dari 100 permukiman telah dibangun di Tepi Barat, mulai dari pos terdepan hingga komunitas yang berkembang pesat, dengan jumlah pemukim yang kini mencapai lebih dari 500.000 orang. Sementara itu, warga Palestina yang tinggal di wilayah ini hidup di bawah kontrol militer Israel, dan Otoritas Palestina hanya dapat mengelola beberapa wilayah dengan batasan yang ketat. Kelompok hak asasi manusia menggambarkan situasi ini sebagai bentuk apartheid, meskipun pemerintah Israel membantah tuduhan tersebut, berargumen bahwa Tepi Barat merupakan bagian penting dari sejarah serta warisan orang Yahudi.

Penting untuk dicatat, pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat memberikan dukungan kuat terhadap pembangunan permukiman. Namun, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Partai Demokrat lebih kritis terhadap ekspansi ini, meskipun jarang mengambil langkah-langkah tegas untuk menghentikannya. Kebijakan ini menciptakan ketidakpastian di kalangan warga Palestina dan tampaknya memperburuk ketegangan di lapangan.

Situasi ini semakin rumit dengan tersebarnya isu sandera yang ditahan oleh Hamas, setelah serangan pada 7 Oktober 2023. Peace Now menuduh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus memperluas pemukiman di saat di mana perhatian harusnya terfokus pada upaya pembebasan sandera dan penghentian konflik. Dalam sebuah pernyataan, Ofran menyatakan, “Ketika rakyat Israel berfokus pada tujuan mereka untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri perang, pemerintah Netanyahu bertindak sangat agresif untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan yang akan menghancurkan peluang terciptanya perdamaian dan kompromi.”

Pembangunan pemukiman ini tidak hanya akan memperburuk hubungan antara Israel dan Palestina, tetapi juga dapat menggagalkan setiap upaya yang ada untuk menyelesaikan konflik yang telah berlarut-larut selama puluhan tahun. Dengan berlanjutnya kegiatan ini, semakin banyak suara dari dalam dan luar Israel mengekspresikan keprihatinan tentang masa depan perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

Dengan krisis kemanusiaan yang terus meningkat dan ketegangan yang semakin tajam, tindakan pembangunan rumah pemukim ini jelas merupakan langkah yang patut diperhatikan dengan serius oleh semua pihak yang peduli terhadap keselamatan dan keadilan di Tepi Barat dan kawasan yang lebih luas.

Exit mobile version