Death Adder Bertaring Tiga: Mutasi Langka yang Mematikan!

Seekor ular death adder ditemukan dengan mutasi langka yang membuatnya memiliki tiga taring berbisa, bukan dua seperti umumnya. Penemuan ini diterima dengan antusias di Australian Reptile Park, di mana ular tersebut menjadi bagian dari program produksi bisa. Billy Collett, manajer taman tersebut, mengungkapkan, “Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya.” Keberadaan taring ketiga ini dapat meningkatkan kemampuan ular dalam menghasilkan bisa, sebuah faktor yang membuatnya berpotensi lebih mematikan dibandingkan dengan spesies lain.

Sebelum mutasi ini teridentifikasi, ular death adder telah dikenal sebagai salah satu spesies ular tercepat di dunia. Dalam keadaan normal, ular ini mampu menggigit dan menyuntikkan bisa dalam waktu kurang dari 0,15 detik. Bisa yang dihasilkan mengandung neurotoksin yang mematikan. Faktanya, sekitar 50% dari gigitan ular ini berujung fatal sebelum ditemukannya antibisa. Keberadaan taring ketiga ini semakin menegaskan status ular tersebut. Collett menyatakan, “Ular ini mungkin adalah death adder paling berbahaya di dunia.”

Setelah penemuan taring ketiga tersebut, para peneliti di taman reptil memperhatikan bahwa ular ini mampu menghasilkan bisa dalam jumlah yang jauh lebih besar. Saat proses pemerasan bisa dilakukan, yang melibatkan penekanan lembut pada kelenjar bisa saat ular menggigit wadah khusus, ular bertaring tiga ini mengeluarkan bisa hampir dua kali lipat dari normal. Saat ini, belum ada kepastian apakah tingginya produksi bisa ini berkaitan langsung dengan keberadaan taring ekstra, ataukah memang ular ini secara alami memiliki kapasitas produksi yang lebih besar.

Death adder (Acanthophis) adalah kelompok ular yang banyak ditemukan di Australia dan Papua Nugini. Ular ini memiliki perilaku berburu yang unik dan sangat efektif. Mereka bersembunyi dengan baik dan menggunakan kecepatan serta ketepatan dalam menyerang mangsa. Keberadaan taring ketiga ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan berburu dan potensi ular dalam menjangkau mangsa yang lebih besar.

Mutasi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang penyebab di balik tumbuhnya tiga taring pada ular tersebut. Selama ini, ular memiliki taring pengganti yang jika taring lama tercabut, yang baru akan maju untuk menggantikannya. Namun, belum ada penjelasan yang memadai untuk memahami mengapa ular ini memiliki taring ketiga. Australian Reptile Park, yang telah beroperasi selama dua dekade dalam pemeliharaan reptil, menyatakan bahwa ini adalah kasus pertama mereka melihat death adder dengan tiga taring.

Penemuan bizarre ini nantinya dapat memberikan wawasan baru seputar mutasi genetik pada ular berbisa dan dampaknya terhadap kemampuan berburu mereka. Meskipun laporan tentang ular bertaring tiga juga pernah ada di Australia, tidak ada yang mencatat jenis death adder dengan ciri serupa. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang mutasi ini dan implikasinya bagi spesies tersebut dan lingkungan di mana mereka hidup.

Keberadaan ular death adder bertaring tiga ini merupakan contoh luar biasa dari keanekaragaman dan kompleksitas dunia hewan. Masyarakat diharapkan lebih menyadari pentingnya pelestarian habitat ular berbisa dan memahami bahwa setiap mutasi dapat membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai biologi spesies tersebut. Penemuan ini juga menegaskan pentingnya lembaga seperti Australian Reptile Park dalam penelitian dan konservasi spesies langka.

Exit mobile version