Para ilmuwan baru saja mengungkap penemuan signifikan mengenai keberadaan isotop radioaktif berilium-10 di dasar Samudra Pasifik. Penemuan ini diyakini berkaitan dengan peristiwa kosmik yang terjadi sekitar 10 juta tahun lalu. Informasi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada Jumat (14/2/2025) dan menandai langkah penting dalam pemahaman kita mengenai sejarah dan evolusi Bumi serta dampak luar angkasa terhadap planet kita.
Tim peneliti yang terdiri dari ilmuwan internasional melakukan penelitian terhadap sampel geologi yang diambil dari kedalaman Samudra Pasifik, beberapa mil di bawah permukaan laut. Mereka menggunakan teknik spektrometri massa akselerator untuk menganalisis proporsi isotop boron-10, yaitu produk peluruhan dari berilium-10 dengan waktu paruh sekitar 1,4 juta tahun. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah isotop boron-10, dengan nilai yang hampir dua kali lebih tinggi dari perkiraan awal.
Dominik Koll, seorang fisikawan dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf dan salah satu penulis penelitian, mengungkapkan kegusarannya atas hasil yang diperoleh. "Kami menemukan anomali yang belum pernah terdeteksi sebelumnya," katanya saat memberikan keterangan tentang penelitian ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai asal usul dan penyebab peningkatan signifikan isotop tersebut.
Para ilmuwan mengusulkan dua hipotesis utama terkait dengan temuan ini. Pertama, perubahan pola arus laut yang mungkin terjadi sekitar 10 juta tahun yang lalu dapat menjelaskan akumulasi berilium-10. Pergeseran ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan iklim global atau aktivitas tektonik yang mempengaruhi arus laut. Kedua, peristiwa astrofisika ekstrem, seperti supernova atau ledakan dari bintang yang hampir mati dan berdekatan dengan Bumi, dapat meningkatkan radiasi kosmik pada waktu itu, yang berkontribusi pada akumulasi berilium-10 di dasar lautan.
"Pengukuran lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah anomali ini akibat perubahan arus laut atau peristiwa kosmik," jelas Koll, menekankan pentingnya penelitian yang lebih mendalam. Tim peneliti berencana melakukan pengumpulan sampel lanjutan dan mengajak tim lain untuk melakukan studi serupa di samudra lainnya. Upaya ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga mengenai interaksi antara aktivitas geologis dan fenomena kosmik.
Isotop berilium-10 menjadi alat penting bagi ilmuwan untuk melacak peristiwa kosmik dan kejadian lainnya yang berdampak pada evolusi kerak Bumi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Selama bertahun-tahun, isotop ini telah digunakan untuk memahami dinamika atmosfer dan perubahan iklim, serta untuk mengalibrasi berbagai data geologis di seluruh dunia.
Penemuan ini tidak hanya menantang beberapa teori geologi konvensional, tetapi juga membuka peluang baru untuk memahami peristiwa kosmik yang mungkin telah berdampak besar pada kehidupan di Bumi di masa lalu. Dengan terus mengembangkan pendekatan penelitian dan teknik analisis yang lebih mutakhir, para ilmuwan berharap dapat menjelaskan lebih banyak lagi mengenai interaksi antara Bumi dan kosmos.
Berkaca pada penemuan ini, kita diingatkan akan betapa kompleksnya sejarah planet kita dan bagaimana fenomena yang terjadi di luar angkasa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kondisi di atmosfer dan lautan. Penelitian lanjut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai dampak radiasi kosmik dan interaksi planet dengan lingkungan luar angkasa, yang selama ini mungkin belum sepenuhnya terungkap.