Hukum Berhubungan Suami Istri di Malam Lailatul Qadar: Bolehkah?

Dalam sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, umat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan melaksanakan I’tikaf di masjid. Menurut berbagai sumber, termasuk ulama dan buku-buku keagamaan, di malam ini terdapat rentetan kemuliaan, termasuk malam Lailatul Qadar yang dinyatakan lebih baik dari seribu bulan. Namun, bagaimana dengan hukum berhubungan suami istri pada malam yang istimewa ini? Apakah ada batasan atau justru diperbolehkan?

Memahami makna Lailatul Qadar adalah penting untuk menjawab pertanyaan ini. Dalam buku "Membumikan Al-Qur’an," karya Prof Quraish Shihab, istilah qadar memiliki tiga makna: yaitu penetapan atau pengaturan, kemuliaan, dan sempit. Sifat sempit yang dimaksud di sini adalah kehadiran banyak malaikat yang turun ke bumi untuk mengatur segala urusan makhluk-Nya di malam tersebut.

Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang beribadah, bertawakal, dan berdoa dengan sungguh-sungguh pada malam-malam terakhir ini. Dan bagi pasangan suami istri, berhubungan intim di malam Lailatul Qadar diperbolehkan, sama seperti malam-malam lainnya selama bulan Ramadhan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 187 yang menyatakan, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.”

Dengan demikian, jelas bahwa hubungan suami istri di malam Lailatul Qadar diperbolehkan dan tidak dilarang. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT mengizinkan aktivitas tersebut di seluruh malam bulan Ramadhan, termasuk dalam malam yang penuh berkah ini.

Namun, meskipun diperbolehkan, banyak ulama mengajurkan agar umat Muslim lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan ibadah lainnya di malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Ini sejalan dengan perilaku Nabi Muhammad SAW yang diketahui lebih memilih untuk memperbanyak ibadah dan menjauhi hubungan intim pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dalam salah satu hadis, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir, beliau "mengencangkan sarungnya" yang menggambarkan bahwa beliau lebih fokus pada ibadah dan ketaatan.

Berikut adalah alasan mengapa beribadah di malam Lailatul Qadar lebih dianjurkan:

  1. Kesempatan Mendapat Pahala Besar: Ibadah di malam ini memiliki pahala yang luar biasa, lebih baik dari seribu bulan.

  2. Ampunan dan Rahmat: Malam ini merupakan waktu yang ideal untuk memohon ampunan dan rahmat Allah.

  3. Ketulusan Ibadah: Menunda kenikmatan untuk beribadah menunjukkan kesungguhan dan ketulusan dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

  4. Mendapat Keberkahan: Ibadah di malam ini diyakini mendatangkan berkah yang melimpah bagi hidup seseorang.

Sebagaimana ditekankan dalam berbagai sumber keagamaan, penting bagi setiap umat Muslim untuk memanfaatkan sepuluh malam terakhir ini dengan berbagai amalan, seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan berdoa.

Sementara itu, hukum berhubungan intim di malam Lailatul Qadar memang diperbolehkan, tetapi tindakan untuk lebih mengutamakan ibadah diyakini akan membawa keuntungan spiritual yang lebih besar. Oleh karena itu, umat Islam sebaiknya tetap meluangkan waktu untuk beribadah demi meraih keutamaan malam Lailatul Qadar, sehingga dapat mengoptimalkan kesempatan yang datang setahun sekali ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Exit mobile version