Kolaborasi antarnegara dan pelaku industri keamanan siber menjadi sangat penting di era transformasi digital yang semakin cepat, terutama dengan penetrasi kecerdasan buatan (AI) yang kian meluas di berbagai sektor. Hal ini diungkapkan oleh Head of Cybersecurity United Arab Emirates (UEA), Mohamed Al Kuawaiti, dalam pembukaan ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything di Marina Bay Sands, Singapura, pada Rabu, 23 April 2025. Menurutnya, urgensi keamanan siber tak terlepas dari meningkatnya serangan siber yang tidak hanya menyasar pemerintah, tetapi juga perusahaan startup hingga individu.
Al Kuawaiti menekankan bahwa budaya keamanan siber harus menjadi landasan dalam segala pengembangan teknologi. "Budaya keamanan siber tak terlepas dari segala hal yang kita lakukan. Ini tak hanya berkaitan dengan praktik di seluruh dunia, tetapi juga dengan ekosistem hebat yang saat ini hadir di tengah-tengah kita," ujarnya. Ia menambahkan bahwa keamanan siber kini menjadi pilar esensial dalam melindungi keamanan dan kemakmuran suatu wilayah.
Pernyataan ini mendapat dukungan dari Komisaris Cybersecurity Agency Singapura, David Koh, yang menekankan perlunya kerja sama internasional dalam penguatan keamanan siber, terutama bagi negara-negara kecil dan berkembang. Koh memberikan contoh kolaborasi antara Singapura dan Malaysia yang tengah berjalan, dan menyatakan keyakinannya bahwa negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dapat saling mendukung dalam hal ini. "Di dunia siber, kita perlu bekerja sama untuk memperkuat dan mengembangkan kerangka normatif," ungkapnya.
Seiring dengan meningkatnya ancaman dari peretas yang terus mengeksploitasi kerentanan teknologi informasi, Koh menggarisbawahi pentingnya sinergi di antara negara-negara dengan pandangan serupa. Melalui kolaborasi, mereka dapat menemukan solusi yang lebih efektif terhadap tantangan ancaman keamanan siber yang dihadapi saat ini.
GITEX Asia 2025 menjadi momentum signifikan dalam menciptakan hubungan baru serta mengembangkan ide dan aliansi yang dapat memperkuat kapasitas keamanan siber di Asia. EVP Dubai World Trade Center, Trixie LohMirmand, menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan kesempatan untuk mengembangkan teknologi di berbagai aspek kehidupan. "Kami terus bekerja keras untuk memperluas ekosistem global sehingga kita memiliki peluang yang lebih baik untuk semua orang, khususnya bagi usaha kecil menengah dan perusahaan rintisan agar lebih dapat berkembang," papar LohMirmand.
Berikut adalah beberapa poin penting yang diangkat dalam pernyataan para pemimpin di GITEX Asia 2025:
-
Urgensi Keamanan Siber: Keamanan siber menjadi prioritas utama seiring dengan meningkatnya ancaman serangan siber yang bisa mengancam berbagai sektor.
-
Kebutuhan Kolaborasi: Kerjasama antarnegara diperlukan untuk mengatasi tantangan ancaman keamanan siber. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara diharapkan dapat menjalin hubungan saling mendukung.
-
Inovasi Teknologi: GITEX Asia 2025 berfungsi sebagai wahana untuk bertukar ide dan membangun aliansi dalam pengembangan teknologi yang lebih aman dan efektif.
- Dukungan untuk Usaha Kecil dan Menengah: Ada perhatian khusus terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah dalam ekosistem global yang lebih luas.
Situasi ini menunjukkan bahwa kolaborasi dalam bidang keamanan siber bukan hanya sekedar pilihan, tetapi menjadi kebutuhan mendasar dalam menjaga integritas dan keamanan sistem digital di seluruh dunia. Dalam era di mana teknologi terus berkembang, penekanan pada budaya keamanan siber dan kerjasama internasional akan sangat menentukan efektivitas respon terhadap ancaman yang ada.