Pendanaan Riset RI di Bawah Rerata ASEAN: Swasta Harus Turun Tangan!

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, mengungkapkan kekhawatirannya tentang pendanaan riset di Indonesia yang masih jauh dari memadai. Menurutnya, angka pendanaan riset Indonesia hanya mencapai 0,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh di bawah rata-rata pendanaan di negara-negara ASEAN yang mencapai 0,70%. Hal ini disampaikannya dalam acara Business Gathering 2025 di Hotel Borobudur, Jakarta, pada tanggal 28 April 2025.

Brian menekankan bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri maju, diperlukan sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memberikan dukungan untuk riset. Saat ini, kontribusi industri terhadap total biaya Riset dan Pengembangan (R&D) di Indonesia hanya sebesar 7,3%. Angka ini sangat kontras dengan negara-negara lain, seperti Singapura yang mencapai 60%, Turki 61%, Vietnam 73%, serta Thailand dan Jepang yang masing-masing mencatatkan porsi 80%.

Salah satu tantangan utama adalah bahwa banyak industri di Indonesia masih bersifat trading, alih-alih berfokus pada produksi inovasi. Brian berharap agar industri mulai mengalokasikan lebih banyak dana untuk penelitian, sehingga Indonesia dapat mengejar ketertinggalan di bidang riset dan teknologi. “Kita perlu menggeser pemahaman ini menjadi industri yang memproduksi sesuatu,” ujar Brian.

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya investasi di sektor sains dan teknologi sebagai landasan untuk pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Sangat krusial bagi Indonesia untuk mempercepat investasi di bidang ini agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. “Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa investasi di bidang sains dan teknologi merupakan sesuatu yang vital dan tidak dapat ditunda,” katanya.

Dalam konteks ini, peran sektor swasta menjadi sangat strategis. Apabila industri di Indonesia mampu mengubah pola pikir dan meningkatkan alokasi dana untuk riset, maka dampaknya bisa sangat signifikan bagi perkembangan inovasi dan teknologi di tanah air. Fungsi riset tidak hanya terbatas pada penemuan baru, tetapi juga harus mampu mendorong pertumbuhan sektor ekonomi yang berkelanjutan.

Melihat data yang ada, saat ini Indonesia berada di posisi yang kurang menguntungkan dalam hal pendanaan riset jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Hal ini membutuhkan perhatian dan aksi nyata dari berbagai pihak, termasuk kalangan industri.

Untuk memudahkan pembaca memahami informasi ini, berikut adalah tabel perbandingan kontribusi pendanaan riset dari beberapa negara:

| Negara | Persentase Kontribusi terhadap R&D |
|————–|———————————–|
| Indonesia | 7,3% |
| Singapura | 60% |
| Turki | 61% |
| Vietnam | 73% |
| Thailand | 80% |
| Jepang | 80% |

Potensi penelitian dan inovasi di Indonesia sangat besar, tetapi hanya dapat direalisasikan jika seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, akademisi, dan dunia usaha, bersatu untuk memberikan kontribusi yang lebih terhadap pendanaan riset. Kesadaran akan pentingnya investasi dalam riset harus ditanamkan sejak dini, agar generasi mendatang dapat menikmati hasil dari penelitian yang berkualitas.

Berdasarkan tema ini, harapan untuk meningkatkan pendanaan riset harus menjadi prioritas bersama, terutama dalam menghadapi tantangan global di era digital saat ini.

Exit mobile version