6.600 Ton Sampah Luar Angkasa Mengancam Satelit: Bumi Terpencil!

Sampah luar angkasa kini menjadi ancaman serius bagi satelit dan infrastruktur orbit Bumi. Menurut data terbaru, total berat sampah luar angkasa mencapai sekitar 6.600 ton dan mengorbit Bumi pada ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan. Ancaman ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah peluncuran satelit tanpa perhitungan yang memadai terkait dampak jangka panjang terhadap lingkungan luar angkasa.

Badan Antariksa Eropa (ESA) mengungkapkan bahwa sampah luar angkasa terdiri dari berbagai jenis puing, mulai dari sisa tabrakan atau ledakan satelit hingga komponen yang disengaja dilepas saat peluncuran, seperti penutup lensa. Serpihan kecil berukuran 1 mm pun dapat merusak satelit, sementara puing yang lebih besar (sekitar 1 cm) membawa energi yang setara dengan granat tangan.

Tak dapat dipungkiri, lebih dari 1,2 juta objek berukuran lebih dari 1 cm saat ini mengorbit di luar angkasa, menambah risko kolisi yang dapat memperburuk dampak Kessler Effect—situasi di mana setiap tabrakan antara satelit dan sampah luar angkasa berpotensi menciptakan lebih banyak puing, sehingga mengancam satelit aktif.

Lonjakan dalam peluncuran satelit mini dan proyek konstelasi besar menjadi faktor utama yang memperburuk masalah ini. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara dan perusahaan swasta telah meluncurkan konstelasi satelit untuk berbagai keperluan, termasuk internet global dan pengamatan Bumi. Namun, kurangnya regulasi yang ketat untuk mengelola limbah di luar angkasa dapat memicu masalah yang lebih besar di masa depan.

Sayangnya, hingga saat ini, tidak ada hukum internasional yang secara tegas mengharuskan pembersihan sampah luar angkasa. Meski demikian, beberapa badan antariksa, termasuk ESA, telah merumuskan pedoman untuk mengurangi jumlah sampah baru. Pedoman ini mencakup larangan pelepasan komponen selama misi, penggunaan material yang ramah lingkungan, dan desain satelit yang tidak meledak setelah masa pakainya berakhir.

ESA juga sedang mempersiapkan sebuah misi pembersihan yang ambisius, menggunakan wahana ClearSpace-1 yang diharapkan diluncurkan pada tahun 2028. Wahana ini dirancang untuk “menangkap” puing-puing dengan menggunakan empat lengan penjepitnya. Misi ini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam mengurangi 6.600 ton sampah luar angkasa yang terus mengancam infrastruktur di orbit Bumi.

Meskipun biaya peluncuran semakin terjangkau dan teknologi terus berkembang, upaya untuk membersihkan sampah luar angkasa bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan kerja sama internasional yang kuat untuk menangani masalah ini secara efektif. Dalam konteks global, satelit berperan vital dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari navigasi, telekomunikasi, hingga layanan publik. Dengan semakin banyaknya satelit yang diluncurkan, perhatian lebih harus diberikan untuk menjaga keamanan lingkungan luar angkasa.

Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher, menekankan pentingnya satelit dalam kehidupan modern. “Kita sangat bergantung pada satelit untuk kehidupan sehari-hari,” ungkapnya. Dengan bergantung pada teknologi yang ada, dunia kini dihadapkan pada situasi di mana tindakan cepat diperlukan untuk melindungi infrastruktur vital sekaligus memastikan keberlanjutan eksplorasi luar angkasa.

Exit mobile version