Pada Rabu (12/3/2025), kebuntuan dramatis yang melibatkan penyanderaan kereta di Pakistan berakhir tragis, dengan dilaporkannya lebih dari 50 orang tewas, termasuk sandera. Insiden ini terjadi ketika kelompok militan separatis Balochistan menyerang Jaffar Express, kereta yang sedang dalam perjalanan dari Quetta, ibu kota Balochistan, menuju Peshawar. Dalam insiden ini, sekitar 440 penumpang berada di dalam kereta pada saat serangan terjadi.
Militan Baloch dilaporkan meledakkan rel kereta dan meluncurkan roket ke kendaraan tersebut, yang mengakibatkan huru hara di dalam kereta. Tindakan berani militan tersebut menjadi awal dari konflik yang berlangsung selama lebih dari sehari, dengan ratusan penumpang menjadi sandera. Dalam ketegangan yang berkepanjangan ini, pasukan keamanan Pakistan meluncurkan operasi untuk membebaskan sandera dan menghadapi penyerang.
Juru bicara militer, Ahmed Sharif Chaudhry, mengonfirmasi bahwa selama operasi penyelamatan, 21 sandera dan empat anggota pasukan keamanan tewas. “Hari ini kami membebaskan sejumlah besar orang, termasuk wanita dan anak-anak. Operasi terakhir dilakukan dengan sangat hati-hati,” ujarnya. Namun, sebelum pernyataan resmi pihak militer, kelompok militan mengklaim telah menewaskan setidaknya 50 sandera dan mengancam akan melakukan eksekusi lanjutan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Kelompok Tentara Pembebasan Baloch (BLA) beralasan bahwa serangan ini merupakan reaksi terhadap penindasan yang mereka alami. Mereka menuntut pembebasan tahanan politik Baloch, serta menginginkan bagian yang lebih besar dari sumber daya alam yang ada di wilayah mereka. Balochistan, yang kaya akan mineral dan sumber daya, sering kali menjadi pusat ketegangan antara pemerintah dan kelompok separatis.
Menteri Muda Dalam Negeri, Talal Chaudhry, mengungkapkan bahwa militan dalam operasi tersebut mengenakan rompi bunuh diri dan bercampur di antara sandera, yang membuat tugas penyelamatan menjadi semakin rumit. Dalam operasi penyelamatan tersebut, militer mengerahkan ratusan tentara dan pasukan khusus, serta menggunakan angkatan udara untuk memastikan keamanan sandera.
Pasukan khusus mengidentifikasi dan melumpuhkan pelaku bom bunuh diri sebelum bergerak dari satu gerbong ke gerbong lainnya untuk mengatasi militan yang tersisa. Walau operasi tersebut berakhir dengan pembebasan sejumlah penumpang, berita mengenai keselamatan atau nasib beberapa penumpang lainnya masih belum jelas, termasuk bagaimana proses evakuasi dilakukan setelah operasi.
Pejabat sebelumnya menyatakan bahwa sekitar 190 orang di dalam kereta telah berhasil diselamatkan, sementara lebih dari 50 orang lainnya dibawa ke Quetta untuk berada bersama keluarga mereka. Namun, kabar mengenai korban tewas yang tinggi menambah daftar panjang insiden kekerasan yang mengganggu stabilitas di Balochistan, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran.
Situasi di Balochistan semakin kompleks, karena kelompok separatis terus meningkatkan serangan mereka dengan taktik baru yang berpotensi menimbulkan korban lebih banyak. Selama beberapa tahun terakhir, ketegangan antara pemerintah dan kelompok bersenjata etnis ini telah meningkat, seiring dengan meningkatnya tuntutan atas otonomi dan sumber daya alam.
Insiden penyanderaan kereta ini menciptakan sorotan lebih jauh mengenai masalah keadilan sosial dan dampak konflik yang berlangsung di Pakistan, khususnya di daerah yang terpinggirkan seperti Balochistan. Dalam menghadapi kenyataan pahit ini, masyarakat internasional memperhatikan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah Pakistan guna mengatasi akar permasalahan konflik di wilayah tersebut.