Lebih dari 250 aktivis dari organisasi Jewish Voice for Peace menggelar unjuk rasa di Trump Tower, New York, pada Kamis (13/3/2025), dengan tuntutan tegas untuk membebaskan Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa pascasarjana asal Palestina yang ditahan oleh otoritas imigrasi Amerika Serikat. Aksi ini menarik perhatian publik dan media, mengingat pentingnya isu kebebasan berbicara dan hak asasi manusia di tengah eskalasi konflik yang terjadi di wilayah Palestina.
Demonstran yang mengenakan kaos merah dengan tulisan “Yahudi menuntut untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel” berkumpul di lobi lantai pertama Trump Tower untuk menyuarakan dukungan bagi Khalil. Mereka melontarkan seruan-seruan langsung kepada pihak berwenang, menyerukan pembebasan sang mahasiswa sekaligus menuntut peninjauan kembali kebijakan imigrasi yang dianggap diskriminatif dan menyasar individu yang memiliki pandangan politik tertentu.
Aplikasi hukum yang digunakan terhadap Khalil cukup kontroversial. Mahmoud Khalil, yang merupakan penduduk tetap dan telah menikah dengan warga negara AS, ditangkap berdasarkan undang-undang imigrasi yang jarang diterapkan, yang memungkinkan deportasi orang-orang yang dianggap mengancam kebijakan luar negeri AS. Khalil dikenal aktif mengorganisir sejumlah protes di Universitas Columbia sejak pecahnya konflik antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023. Diharapkan ia akan menyelesaikan studi pascasarjananya pada bulan Mei mendatang.
Polisi New York merespon aksi tersebut dengan melakukan pembubaran, yang mengakibatkan lebih dari 100 orang ditangkap dengan tuduhan memasuki area terlarang dan melawan petugas. Meski situasi telah dikontrol, unjuk rasa ini memicu diskusi lebih luas tentang hak-hak mahasiswa internasional serta kebebasan akademik di tengah ketegangan politik.
Jewish Voice for Peace, yang merupakan organisasi Yahudi progresif anti-Zionis terbesar di dunia, tidak hanya menyerukan pembebasan Khalil, tetapi juga menyerukan solidaritas terhadap mahasiswa Palestina lainnya yang terancam. Dalam pernyataan resminya, mereka mengecam keras tindakan penangkapan yang dianggap sebagai bentuk intimidasi terhadap kebebasan berbicara dan hak untuk berorganisasi. “Kami berdiri bersama semua mahasiswa, tidak hanya di Universitas Columbia, tetapi di seluruh dunia, yang memperjuangkan keadilan,” tegas perwakilan dari organisasi tersebut.
Aksi unjuk rasa di Trump Tower ini juga mencerminkan realitas yang lebih luas mengenai kesadaran global terhadap isu-isu yang dihadapi oleh orang-orang Palestina. Dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap konflik di Timur Tengah, kelompok-kelompok pro-Palestina mendapatkan dukungan semakin luas, termasuk dari kalangan aktivis muda yang berusaha menyuarakan pendapat mereka di platform internasional.
Sebagai respons terhadap meningkatnya unjuk rasa dan protes di berbagai belahan dunia, pemerintah AS dihadapkan pada tantangan untuk mempertimbangkan kembali kebijakan luar negerinya, terutama terkait dengan konflik Israel-Palestina. Banyak yang berpendapat bahwa kebijakan yang ada saat ini tidak hanya merugikan pihak-pihak tertentu, tetapi juga menciptakan ketegangan baru yang dapat mempengaruhi stabilitas regional.
Partisipasi aktif dari organisasi Yahudi yang mendukung hak-hak Palestina menunjukkan adanya pergeseran dalam cara pandang terhadap isu tersebut di dalam komunitas Yahudi. Aksi ini bukan hanya tentang satu individu, tetapi juga tentang hak-hak semua mahasiswa dan warga sipil yang terjebak dalam dinamika politik yang kompleks. Kehadiran mereka di Trump Tower adalah simbol bahwa solidaritas dan keadilan dapat dicapai melalui upaya kolektif yang merangkul semua elemen masyarakat.
Dengan segala kompleksitas yang terlibat, panggilan untuk membebaskan Mahmoud Khalil menjadi tidak hanya perjuangan bagi satu mahasiswa, tetapi juga sebuah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sistemik yang dihadapi oleh banyak orang karena pandangan politik mereka.