Sejumlah Bank Kembali Tambah Mesin ATM Meski Jumlah Menurun

Perbankan di Indonesia sedang mengalami perubahan dinamis dalam strategi layanan, terutama terkait penggunaan anjungan tunai mandiri (ATM). Meskipun jumlah mesin ATM di industri menunjukkan penurunan yang signifikan, beberapa bank justru mengambil langkah berani dengan menambah jumlah mesin tersebut. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa total mesin ATM, CDM (Cash Deposit Machine), dan CRM (Cash Recycle Machine) di Indonesia berkurang menjadi 91.173 unit pada kuartal III 2024, dari 92.829 unit pada periode yang sama tahun lalu, mengalami penurunan sebanyak 1.656 unit.

Di tengah tren penurunan ini, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menjadi salah satu contoh bank yang tetap optimis dengan keputusan untuk meningkatkan jumlah ATM. Menurut Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, pihaknya berencana menambah jumlah ATM dari yang sebelumnya 5.000 unit. “Ini merupakan bagian dari fokus kami terhadap transaction banking yang bertujuan menghimpun pendanaan murah,” ungkap Hery dalam konferensi pers yang diadakan pada 7 Februari 2025. Selain menambah ATM, BSI juga akan memperkuat layanan digital melalui aplikasi BYOND by BSI dan platform baru lainnya dalam waktu dekat.

Langkah serupa diambil oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), yang juga mencatat peningkatan jumlah ATM. EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menegaskan pentingnya keberadaan mesin ATM dalam memfasilitasi transaksi nasabah. “Kehadiran ATM masih berperan penting dan menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan,” katanya. Per Desember 2024, jumlah ATM BCA tercatat mencapai 19.543 unit, meningkat dari 19.047 unit pada tahun sebelumnya.

Namun, tidak semua bank mengikuti tren penambahan mesin ATM. Bank Negara Indonesia (BNI), bank yang tergolong besar, justru mengalami penurunan dalam jumlah ATM. Data menunjukkan bahwa di akhir 2024, BNI memiliki 13.388 unit ATM, hanya berkurang dua unit dibandingkan akhir 2023 tetapi menurun drastis dari 16.125 unit pada Desember 2022. Fokus BNI kini beralih ke layanan digital, yang nampak dari pertumbuhan pengguna aplikasi perbankan wonders by BNI yang mencapai 5,3 juta pada Desember 2024, serta transaksi senilai Rp191 triliun.

Perubahan pola penggunaan ATM dan pergeseran ke layanan digital ini semakin terasa, terutama setelah Bank Indonesia melaporkan penurunan nilai transaksi melalui ATM hingga 14,52% secara tahunan, dari Rp628,02 triliun menjadi Rp536,8 triliun pada November 2024. Penurunan ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku nasabah yang semakin memilih transaksi melalui platform digital ketimbang menggunakan mesin ATM.

Di sisi lain, investasi dalam teknologi digital ternyata semakin diutamakan oleh bank-bank besar. BNI, misalnya, mengungkapkan bahwa transformasi digital yang dilakukan sepanjang tahun 2024 memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keseluruhan bank tersebut. “Kami berkomitmen untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi demi memberikan layanan terbaik bagi nasabah,” kata Wakil Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan.

Meskipun ada perbedaan strategi di antara bank-bank ini, jelas terlihat bahwa persaingan di sektor perbankan semakin ketat. Beberapa bank memilih untuk mempertahankan mesin ATM guna memenuhi kebutuhan nasabah, sementara yang lain lebih memilih untuk berinvestasi di layanan digital. Pilihan ini mencerminkan bagaimana bank-bank berusaha memenuhi kebutuhan nasabah yang beragam, meskipun terdapat tren penurunan mesin ATM di industri secara keseluruhan. Dinamika dalam industri perbankan ini menjadi perhatian, mengingat transformasi teknologi yang terus berlangsung serta kebutuhan nasabah yang semakin berkembang.

Exit mobile version