Devy Anastasia, jebolan ajang MasterChef Indonesia season 9, baru-baru ini mencuri perhatian publik dengan kisah tragis yang melibatkan keluarganya. Dalam sebuah podcast yang dipandu oleh Denny Sumargo, Devy menceritakan pengalaman pahitnya saat mengetahui bahwa yang membunuh ibunya, Lina, adalah ayahnya sendiri, Daniel. Kejadian ini terjadi ketika Devy masih duduk di bangku sekolah dasar, sehingga ia tidak sepenuhnya memahami peristiwa yang berlangsung, meski menyaksikannya secara langsung.
Kejadian mematikan ini berawal dari sebuah pertengkaran hebat antara Daniel dan Lina. Tidak tahan terhadap teriakan pasangan yang bertengkar, Daniel mengambil tindakan yang sangat fatal. Ia membungkam mulut Lina dengan bantal tanpa menyadari bahwa istrinya menderita asma. Akibat tindakan tersebut, Lina kehilangan napas dan meninggal dunia. Daniel, alih-alih bertanggung jawab, memilih untuk menyembunyikan jasad istrinya di bawah kasur dan melarikan diri dari lokasi kejadian.
Lebih dari seminggu setelah kejadian, keluarga Devy menemukan jasad Lina dalam keadaan membusuk. Setelah buron, Daniel akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun sebelum meninggal dunia.
Kembali ke dalam diskusi dalam podcast, Devy mengungkapkan perasaannya setelah mengetahui siapa pelaku di balik pembunuhan tragis ibunya. “Bukan perasaan marah yang ada, tapi waktu dengar papa yang bunuh gue malah lega,” ungkapnya. Meski pernyataan ini terdengar tidak biasa, Devy menjelaskan bahwa ia merasa bersyukur karena ayahnya masih hidup. Ia menganggap jika kedua orang tuanya meninggal pada saat yang sama, kesedihan yang dirasakannya akan jauh lebih besar.
Dalam pandangannya, berhadapan dengan kenyataan pahit ini memberikan Devy sedikit kenyamanan. “Ternyata waktu dia ada dan dia ketangkap gue malah lebih lega,” tegasnya, menekankan pentingnya keberadaan sang ayah dalam hidupnya meskipun dalam konteks yang tragis.
Pengalaman pahit yang dihadapi Devy tidak hanya saat mendapati berita mengenai kematian ibunya, tetapi juga saat menyaksikan bagaimana keluarga menghadapi situasi yang tak terbayangkan. Devy secara mendalam menggambarkan bagaimana ketegangan emosional dan rasa kehilangan itu membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat.
Kasus pembunuhan ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi Devy, tetapi juga menjadi pelajaran berharga tentang batasan dalam keluarga dan dampak dari tindakan yang tidak dipikirkan matang-matang. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menemukan ketenangan, dan Devy mungkin menemukan titik tenang dengan memahami bahwa tidak semua yang terjadi bisa dikendalikan.
Dari sudut pandang sosial, kisah ini menggugah perhatian mengenai masalah kekerasan dalam rumah tangga dan dampaknya yang sering kali membawa konsekuensi yang sangat berat. Keluarga Devy menjadi salah satu dari banyak contoh betapa rapuhnya struktur keluarga ketika dihadapkan pada konflik yang tidak terselesaikan.
Melihat ke depan, Devy mengharapkan untuk terus melangkah maju dalam kehidupannya. Ia memiliki hasrat untuk berbagi pengalamannya agar bisa menjadi inspirasi bagi orang lain dan memberi suara kepada mereka yang mungkin mengalami situasi serupa. Meskipun kehilangan ibunya adalah sebuah tragedi yang tak akan pernah bisa ia lupakan, Devy berusaha untuk menemukan arti dalam kisah hidupnya yang rumit dan penuh liku ini.