Populix Sukses Raih Rp 72 Miliar di Tengah Lesunya Investasi Startup

Perusahaan riset berbasis teknologi, Populix, telah berhasil meraih pendanaan sebesar US$ 4,3 juta atau setara dengan Rp 72,34 miliar pada penutupan pertama putaran pendanaan Seri B. Prestasi ini terjadi di tengah kondisi pasar investasi startup yang sedang lesu akibat fenomena “tech winter” yang telah melanda industri selama beberapa tahun terakhir.

Menurut laporan Data Vantage dari DealStreetAsia, pendanaan yang masuk ke Indonesia sepanjang 2024 mengalami penurunan drastis, yakni turun sebanyak 34% secara tahunan (year-on-year), dengan nilai investasi yang merosot hingga 66% atau sekitar Rp 7,3 triliun. Penurunan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan dampak terdalam di Asia Tenggara terhadap iklim investasi startup.

Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix, mengungkapkan bahwa pendanaan yang diperoleh akan digunakan untuk memperkuat fundamental bisnis mereka, serta mengembangkan layanan dan memanfaatkan teknologi demi inovasi di masa mendatang. Dalam keterangan resmi yang dirilis pada Minggu (20/4/2025), ia menyatakan, “Melalui pendanaan ini, kami akan memperkuat fundamental bisnis kami dengan mengembangkan layanan, dan memanfaatkan teknologi untuk berinovasi di masa mendatang.”

Salah satu fokus utama dari pengembangan yang dilakukan adalah pembangunan synthetic respondents, yaitu persona buatan yang dihasilkan melalui mesin pembelajaran kecerdasan buatan (AI). Inovasi ini bertujuan untuk meniru respons manusia, memungkinkan pengumpulan data yang lebih cepat dan efisien. Dengan pengembangan ini, Timothy berharap para pelaku industri dan pembuat kebijakan dapat lebih memaksimalkan penggunaan AI dalam riset mereka.

Sejak mendapatkan pendanaan Seri A pada tahun 2022, Populix terus berupaya memperluas akses masyarakat terhadap riset. Pada tahun 2023, perusahaan ini meluncurkan layanan Policy & Society Research, yang dirancang untuk membantu organisasi dan pemerintah dalam menganalisis sentimen publik serta dampak kebijakan.

Populix juga meluncurkan fitur NeXa, asisten riset berbasis AI yang membantu pengguna dalam merancang kuesioner, mengakses responden sesuai target, sampai menarik kesimpulan dari riset yang dilakukan. Keberhasilan pengembangan ini terlihat dari pertumbuhan total riset yang ditangani oleh Populix pada 2024, yang mencatat dua kali lipat peningkatan, dengan 65% di antaranya berasal dari klien yang kembali menggunakan jasa mereka (recurring clients).

Perluasan cakupan industri juga menjadi salah satu pencapaian penting bagi Populix. Mereka kini menangani klien dari sektor telekomunikasi hingga pemerintahan, yang menunjukkan rekam jejak pertumbuhan yang signifikan dalam industri riset. Timothy menjelaskan bahwa adanya kebutuhan yang terus meningkat dari klien mereka membuka peluang bagi Populix untuk memperluas sayap ke pasar Asia Tenggara.

Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, Populix berusaha untuk tidak hanya bertahan di tengah lesunya investasi di sektor startup, tetapi juga berkembang dan berinovasi dengan memanfaatkan teknologi, khususnya kecerdasan buatan. Ini menjadi sinyal positif bagi ekosistem startup di Indonesia, di mana perusahaan-perusahaan seperti Populix menunjukkan bahwa inovasi dan adaptasi tetap menjadi kunci untuk meraih kesuksesan di pasar yang kompetitif.

Exit mobile version