JAKARTA – Kerajaan Majapahit, yang berkuasa di Nusantara pada abad ke-14, dikenal sebagai salah satu kekuatan besar dalam sejarah perdagangan internasional. Kesaksian seorang biarawan Katolik asal Italia, Odorico da Pordennone, memberikan gambaran mendetail mengenai kehidupan dan kemewahan yang terdapat di Istana Majapahit saat ia mengunjungi Jawa pada tahun 1321. Ia mencatat bahwa istana tersebut dipenuhi dengan perhiasan emas, perak, dan permata yang mencolok, menunjukkan kekayaan melimpah yang dimiliki oleh kerajaan ini.
Majapahit tidak hanya dikenal karena kekayaan alamnya, tetapi juga karena kemampuannya menjalin hubungan dagang yang kuat dengan negara-negara lain. Pada masa itu, sejumlah pedagang dari Tiongkok dan berbagai negara asing berdatangan ke Majapahit untuk mencari komoditas pangan dan barang berharga dari sumber daya alam nusantara. Kekuatan Majapahit dalam bidang perdagangan internasional terlihat dari kemampuannya mengirim utusan persahabatan ke Tiongkok antara tahun 1370 hingga 1381.
Kerajaan ini menjadi tempat pertemuan bagi berbagai komoditas yang sangat laku di pasaran. Beberapa barang yang diperjualbelikan meliputi garam, beras, lada, intan, cengkih, pala, kayu cendana, dan gading. Pedagang Tiongkok memainkan peran penting dalam sektor ekonomi Majapahit, dengan menjalin hubungan perdagangan yang erat. Banyak dari mereka membeli barang-barang dari pedagang lokal Majapahit, yang tidak hanya berfungsi sebagai produsen, tetapi juga sebagai perantara dalam perdagangan.
Daerah-daerah seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat-pusat perdagangan yang aktif. Di sini, berbagai komoditas lokal dipasarkan, dan pelabuhan tersebut tidak hanya menjadi pintu gerbang bagi perdagangan dalam negeri, tetapi juga menjadi jaringan perhubungan perdagangan internasional.
Dalam konteks perdagangan, Majapahit dikenal memiliki dua peran penting: sebagai produsen barang dan sebagai perantara bagi pedagang asing. Hal ini menunjukkan betapa strategisnya posisi Majapahit dalam peta perdagangan global pada masa itu. Keberadaan sumber daya seperti intan, ikan, dan kayu cendana menjadikan Majapahit sebagai salah satu titik temu perdagangan krusial di Asia Tenggara.
Kesaksian Odorico tidak hanya memberikan bukti visual tentang kemewahan Istana Majapahit, tetapi juga menunjukkan bagaimana kerajaan tersebut mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam serta kemitraan internasional untuk memperkuat posisinya dalam skala global. Menurut buku “Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada: Menelanjangi Tokoh Utama Penyatu Nusantara”, kerajaan ini juga menjalin politik bertetangga yang baik dengan kerajaan-kerajaan lainnya, termasuk Kerajaan Ayodya (Siam), Kerajaan Champa, serta Kerajaan Kamboja.
Kerja sama ini berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Majapahit, yang menjelma menjadi pusat komoditas dagang utama di wilayah Asia Tenggara. Inovasi dan praktik ekonomi yang diterapkan oleh Majapahit menunjukkan adanya sistem perdagangan yang canggih dan terorganisir, yang menjadi salah satu faktor pendorong kejayaan kerajaan ini.
Dengan kekayaannya yang melimpah dan sistem perdagangan yang maju, tidak heran jika Majapahit menjadi salah satu kerajaan yang paling diingat dalam sejarah Indonesia. Sejumlah catatan sejarah dan kesaksian dari para pelancong luar negeri seperti Odorico da Pordennone memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh dan prestise Majapahit di kancah internasional pada masa itu. Mengetahui sejarah ini membantu kita memahami pentingnya Majapahit dalam konteks sejarah perdagangan dan pengaruh kebudayaan di Asia Tenggara.