Industri Baterai Raksasa Sweida Bangkrut, 5.000 Karyawan Terancam PHK!

Industri baterai raksasa asal Swedia, Northvolt, baru-baru ini mengajukan kebangkrutan setelah gagal menjalin kesepakatan dengan investor untuk mendapatkan paket penyelamatan. Pengajuan kebangkrutan ini menandai titik rendah bagi perusahaan yang mengklaim sebagai salah satu penggerak utama dalam transisi menuju kendaraan listrik di Eropa dan menjadi salah satu startup dengan pendanaan terbesar di kawasan tersebut. Dengan munculnya kebangkrutan ini, sekitar 5.000 karyawan diperkirakan akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), menambah keprihatinan terhadap pasar tenaga kerja di sektor yang sedang berkembang ini.

Didirikan pada tahun 2016, Northvolt memiliki ambisi untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada baterai yang umumnya diproduksi di Tiongkok. Namun, setelah berupaya keras selama beberapa tahun untuk menjaga keberlanjutan finansial dan operasional, perusahaan ternyata menghadapi berbagai tantangan yang sangat sulit, termasuk kenaikan biaya modal, ketidakstabilan geopolitik, serta gangguan dalam rantai pasokan. Laporan menunjukkan bahwa perubahan permintaan pasar juga berkontribusi pada kesulitan yang dialami.

Perusahaan ini sebelumnya mencari dukungan investor untuk menjaga kelangsungan listrik di pabriknya yang tersisa di Skelleftea. Akibat dari kebangkrutan ini, Tom Johnstone, ketua sementara Northvolt, mengungkapkan rasa duka cita yang mendalam. “Ini adalah hari yang sangat sulit bagi semua orang di Northvolt. Kami bertekad untuk membangun sesuatu yang inovatif — untuk mendorong perubahan nyata dalam baterai, kendaraan listrik, dan industri Eropa yang lebih luas serta mempercepat transisi menuju masa depan yang hijau dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Mantan CEO, Peter Carlsson, yang mengundurkan diri pada November 2024, menyampaikan bahwa perusahaan ini perlu sekitar 1,2 miliar dolar AS untuk kembali ke jalurnya. Dalam upaya restrukturisasi, lebih dari 1.000 pekerjaan diperkirakan akan dipangkas pada bulan Maret 2025, yang menunjukkan besarnya dampak dari masalah finansial yang dihadapi. Menurutnya, tantangan internal yang signifikan yang ditambah dengan faktor eksternal seperti situasi geopolitik dan tingginya biaya modal menjadi penghalang utama bagi Northvolt.

Selain Northvolt, beberapa perusahaan lain di sektor kendaraan listrik juga mengalami kesulitan. Misalnya, perusahaan pembuat truk Swedia, Scania, yang merupakan salah satu klien utama Northvolt, telah mencari pasokan dari produsen baterai yang berbeda setelah menginvestasikan modal baru ke dalam Northvolt. Hal ini menandakan kepentingan strategis dalam keberhasilan produksi baterai untuk kendaraan listrik tetap berlanjut meski dihadapkan pada kendala dari perusahaan lokal.

Northvolt sebelumnya diharapkan dapat membantu Eropa menciptakan ekosistem produksi baterai. Dengan berhasil mengamankan 15 miliar dolar AS dari pemerintah dan investor, perusahaan ini kini menghadapi tantangan besar seiring dengan anjloknya permintaan kendaraan listrik yang kabarnya terkait dengan perubahan pola subsidi dari pemerintah. Tidak hanya itu, pemerintah Swedia juga menolak memberikan subsidi besar kepada Northvolt pada tahun lalu, yang menunjukan bahwa dukungan kebijakan menjadi kunci dalam kelangsungan projek-projek ambisius semacam ini.

Kapasitas produksi Northvolt sebelum mengalami kebangkrutan diperkirakan akan meningkat sekitar empat kali lipat dari 192 GWh menjadi 1.142 GWh pada akhir dekade ini. Dengan kebangkrutan ini, Eropa harus meningkatkan ketergantungannya pada produsen baterai asing lain, termasuk yang berasal dari Tiongkok dan Korea Selatan, hingga perusahaan lokal mampu membangun kapasitas produksi yang memadai. Julia Poliscanova, Direktur Senior Kendaraan & Mobilitas di T&E, menyatakan bahwa setelah tiga tahun pengesahan undang-undang terkait energi baru dari AS (US IRA), Eropa masih menghadapi kekurangan kebijakan komprehensif untuk memproduksi baterai secara lokal.

Dengan kondisi industri yang tidak menentu, masa depan Northvolt dan masa depan industri baterai di Eropa kini berada dalam ketidakpastian, menyisakan kekhawatiran akan dampak lebih lanjut pada ekonomi dan tenaga kerja di sektor ini.

Exit mobile version