Deddy Corbuzier Jadi Stafsus Menhan, Skandal Pertamina Tak Terbongkar!

Deddy Corbuzier, yang baru-baru ini diangkat sebagai staf khusus Menteri Pertahanan, mengungkapkan berbagai alasan mengenai keheningan dan ketidakpartisipannya dalam membahas isu-isu penting di Indonesia, termasuk skandal korupsi Pertamina yang baru-baru ini menghebohkan publik. Kasus mega korupsi Pertamina ini diduga telah merugikan negara hingga Rp968,5 triliun, menyebabkan banyak pihak terkejut dan marah.

Sejumlah netizen menilai Deddy tidak berani mengeluarkan pandangannya karena posisinya sebagai pejabat pemerintahan. “Seperti diketahui, Deddy kini menjadi staf khusus Menhan, Bidang Komunikasi Sosial dan Publik,” demikian pernyataan awal mengenai peran barunya. Namun, dalam sebuah postingan di media sosial, Deddy menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya ingin membahas berbagai masalah yang terjadi di Tanah Air.

Kendala utama yang dihadapi Deddy adalah kesulitan dalam mengundang narasumber untuk podcast-nya. Dia menyatakan, “Pingin, pingin banget gue bahas itu semua. Tapi konteksnya gue ini kan podcast harus ada narasumbernya. Jika ngomong sendiri, menjadi opini, dan bisa saja salah pengertian.” Dia berharap bisa melibatkan bintang tamu dalam diskusi untuk membuat pembahasan lebih objektif.

Sayangnya, meskipun timnya telah menghubungi banyak pihak, tidak satu pun yang bersedia hadir. “Kita sudah ngubungin semua pihak dari pihak kanan atau pihak kiri, tidak ada satupun yang bersedia atau mungkin mereka tidak berani,” ungkap Deddy. Dia mengaku merasa frustasi ketika banyak orang yang dia kenal dekat pun tidak menjawab undangan untuk tampil di podcast-nya.

Deddy juga mempertanyakan mengapa narasumber yang dihubungi tidak ada yang berani datang. “Ayo dong dateng, yuk obrolin. Kalau perlu dari dua sisi gitu, yuk kita obrolin, yuk kita debat gitu di podcast gue,” katanya dengan nada mengundang. Deddy berkeinginan untuk mengadakan dialog terbuka di mana berbagai pandangan dapat disampaikan dan dibahas.

Lebih lanjut, dia juga membahas tentang kemungkinan membuat program seperti yang disiarkan di televisi, seperti Indonesia Lawyers Club (ILC). “Apa gue buat program kaya ILC aja yak. Aman langsung Jebret, 2 sisi debat deh sana. Tapi isinya ya cuma ribut nggak ada solusi,” tulis Deddy dengan sindiran yang menunjukkan rasa frustrasinya terhadap situasi ini.

Dia juga mengungkapkan kekesalan dengan menyebutkan bahwa ketika gagal mengundang narasumber, dia merasakan seperti “pengangguran” yang tidak memiliki konten untuk dibahas dalam podcast-nya. Ia memakai pantun yang sedang viral untuk mengekspresikan hal tersebut, menciptakan momen humor di tengah suasana yang mendesak.

Menariknya, Deddy memilih untuk menonaktifkan kolom komentar di postingan tersebut. Dia tidak ingin terjadinya kerusuhan atau komentar yang tidak pada tempatnya dari netizen, apalagi yang bisa menyudutkan beberapa tokoh tertentu. Dengan langkah ini, Deddy berupaya menjaga kredibilitas dan fokus pada pesan yang ingin disampaikannya tanpa gangguan dari luar.

Dengan demikian, meskipun Deddy Corbuzier kini menempati posisi penting di pemerintahan, ia tetap berusaha untuk berkomunikasi dan bertindak sebagai pemicu dialog publik. Namun, tantangan yang dihadapinya menunjukkan kompleksitas dalam menjangkau suara-suara berbeda di Indonesia, terutama di tengah situasi sosial yang penuh dengan kontroversi dan ketidakpuasan publik.

Exit mobile version