Musisi Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal dengan nama Ifan Seventeen, kini menghadapi tantangan besar setelah ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN). Keterpilihannya sebagai pemimpin PFN menuai beragam reaksi dari publik, di mana banyak yang meragukan latar belakangnya dalam industri perfilman. Ifan menjelaskan bahwa banyak orang hanya mengenalnya sebagai penyanyi, sehingga mereka tidak mengetahui pengalaman dan keterlibatannya dalam produksi film.
Sejak tahun 2018, Ifan sudah memiliki production house (PH) yang aktif beroperasi. Dalam pernyataannya, beliau mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, produksi filmnya ditayangkan di platform streaming, dan pada tahun 2020, ia juga pernah memproduseri film berjudul “Kemarin”. “Jadi, terus sampai saat ini aku masih sama teman-teman itu masih aktif di production house. Sebenarnya di situ masalahnya, ketidaktahuan saja,” ungkap Ifan saat diwawancarai di Gedung PFN, Jakarta Timur, pada Jumat, 14 Maret 2025.
Meski pengalaman di bidang perfilman sudah dimilikinya, Ifan tetap merasakan adanya tantangan signifikan dalam posisinya sebagai Dirut PFN. Ia menyatakan bahwa masalah utama yang harus segera ditangani adalah kesejahteraan pegawai di PFN. Dia menjelaskan bahwa banyak pegawai PFN yang gajinya tidak lengkap, dan ini berdampak pada kinerja mereka. Dalam sebuah analogi, Ifan menggambarkan situasi PFN dengan pernyataan, “Bagaimana orang bisa berkarya kalau mereka perutnya masih lapar?”
Ifan menyadari pentingnya memberikan prioritas kepada kesejahteraan pegawai sebelum berharap pada produktivitas yang lebih tinggi. “Kita penuhi dulu perutnya, kenyang dulu, jangan lagi mikir perut, jangan lagi pusing buat mikir makan tiap hari, baru nanti kita pikirkan karya ke depannya,” lanjutnya. Pernyataan ini menunjukkan komitmennya untuk melakukan pembenahan internal PFN sebelum mengarahkan perhatian pada pengembangan proyek-proyek film yang berkualitas.
Dukungan dan skeptisisme datang dari berbagai kalangan, terutama di media sosial. Banyak netizen yang mengekspresikan keraguan mereka terhadap kebijakan Ifan di PFN. Banyak di antara mereka beranggapan bahwa latar belakang Ifan yang kuat dalam musik tidak cukup untuk menjadikannya pemimpin yang efektif dalam industri film yang kompleks. Namun, Ifan menganggap pandangan tersebut sebagai tantangan untuk membuktikan kemampuannya dalam menjalankan fungsi barunya.
Kepemimpinan Ifan di PFN bisa jadi menarik bagi orang-orang yang perlu melihat inovasi dan pendekatan baru dalam mengelola lembaga tersebut. Dengan pengalaman di dunia hiburan dan perspektif segar dari seorang artis, Ifan memiliki potensi untuk membawa perubahan positif di PFN. Namun, semua itu bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dan mengambil keputusan yang tepat untuk memperbaiki situasi internal serta meningkatkan moral pegawai.
Dalam pertemuan ini, Ifan juga menyampaikan harapannya untuk melibatkan berbagai pihak dalam proses rehabilitasi PFN. Membangun hubungan yang baik dengan para pekerja seni, produser, serta komunitas film di Indonesia akan sangat krusial untuk menjaga kestabilan dan menetapkan visi yang jelas bagi lembaga tersebut.
Sebagai seorang pemimpin baru di PFN, Ifan Seventeen harus menghadapi banyak tantangan, dan respons publik terhadap langkah-langkah yang diambilnya akan terus menjadi sorotan. Apakah Ifan mampu membuktikan bahwa dirinya bukan hanya sekedar penyanyi, tetapi juga seorang pemimpin yang efektif dalam industri film? Pertanyaan ini akan terjawab seiring berjalannya waktu dan pengamat harus melihat bagaimana Ifan akan menerapkan pengalaman dan pengetahuannya untuk membawa perubahan yang dibutuhkan di PFN.