BI Rate Terjepit: Inflasi Rendah vs. Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasib suku bunga acuan BI Rate kini berada di antara tekanan inflasi yang rendah dan pelemahan nilai tukar rupiah. Dalam kondisi perekonomian yang dinamis, Bank Indonesia (BI) dihadapkan pada kondisi inflasi yang terjaga serta nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Hal ini menjadi titik penting dalam membuat keputusan tentang suku bunga acuan setiap bulannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi pada bulan Januari 2025 menunjukkan deflasi sebesar 0,76% secara bulanan, serta inflasi tahunan juga berada di angka yang sama. Ini menjadi catatan penting, karena deflasi bulanan ini merupakan yang terdalam sejak Agustus 1999, sedangkan inflasi tahunan terendah sejak Januari 2000. Meskipun inflasi menunjukkan tren menurun, para ekonom menilai bahwa Bank Indonesia belum memiliki cukup ruang untuk menurunkan suku bunga acuan.

Hosianna Evalita Situmorang, ekonom dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk., mengingatkan bahwa pada 1 Februari 2025, Presiden AS, Donald Trump, memberlakukan tarif tinggi terhadap beberapa negara, yang menyebabkan ketegangan perdagangan global. Ini berakibat pada penguatan dolar AS, sehingga nilai tukar rupiah melemah hingga lebih dari Rp16.400 per dolar. Kondisi ini memberi sinyal kepada BI untuk mempertahankan suku bunga acuan demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Bank Indonesia akan lebih berfokus pada perbaikan kurs rupiah ke depan dan harus siap menghadapi kemungkinan peningkatan inflasi, terutama terkait biaya impor bahan pokok,” jelas Hosianna. Dengan meningkatnya inflasi domestik dan fluktuasi nilai tukar, diprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di angka 5,75% pada pertemuan mendatang.

Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, ikut menyoroti penguatan indeks dolar yang mencapai angka 110. Ini menjadi sinyal bahwa mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah, telah mengalami pelemahan. Meskipun pelemahan ini bukan disebabkan oleh faktor fundamental domestik, dampaknya tetap terasa di pasar. Edi menegaskan pentingnya menjaga kepercayaan investor di pasar domestik dengan memelihara keseimbangan suplai dan permintaan valuta asing.

Dalam rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,75%. Keputusan tersebut sejalan dengan proyeksi inflasi yang tetap aman dan nilai tukar rupiah yang masih dalam kisaran wajar meskipun berada di level Rp16.300 per dolar. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa kebijakan moneter akan terus diarahkan untuk menjaga inflasi dalam target, sementara juga mencermati peluang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika global dan domestik.

“Ruang untuk penurunan suku bunga masih terbuka, dan kami akan memutuskan waktu yang tepat berdasarkan dinamika yang terjadi,” tutup Perry.

Dalam konteks ini, Bank Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas ekonomi negara sembari mempertimbangkan risiko-risiko eksternal. Inflasi yang terkendali memberikan sedikit ruang bagi BI, namun pelemahan rupiah menjadi faktor kunci yang mengharuskan pendekatan hati-hati dalam pengambilan keputusan suku bunga acuan. Masyarakat dan pelaku pasar kini sedang menantikan langkah selanjutnya dari BI demi stabilitas ekonomi yang lebih baik.

Exit mobile version