Nuzulul Quran merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam, yang menandai turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada malam ke-17 bulan Ramadan tahun 610 M di Gua Hira, Jabal Nur. Saat itu, Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun dan sedang menyendiri untuk beribadah. Dalam momen sakral itu, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama yang tercantum dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5, yang diawali dengan perintah “Iqra'” atau “bacalah”.
Pengertian Nuzulul Quran tak hanya terletak pada penurunan wahyu, melainkan juga pada makna yang tersirat di dalamnya. Kata “Iqra’” mengandung makna yang luas, mencakup pemahaman terhadap alam, kehidupan, serta kebesaran Allah SWT. Wahyu ini menjadi pertanda awal diangkatnya kenabian Muhammad SAW dan menandakan dimulainya penurunan Al-Quran secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, yang akhirnya menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Terkait waktu pelaksanaan Nuzulul Quran, terdapat beberapa pendapat mengenai tanggal pasti turunnya wahyu. Kementerian Agama RI menetapkan bahwa Nuzulul Quran diperingati setiap tanggal 17 Ramadan. Keputusan ini didasarkan pada analisis berbagai ayat Al-Quran yang mengaitkan peristiwa turunnya wahyu dalam bulan Ramadan, terutama dalam Surat Al-Dukhan dan Al-Qadr. Ayat-ayat ini menyatakan bahwa momen penting ini terjadi pada “malam yang diberkahi”, serta malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Malam Nuzulul Quran juga dikelilingi oleh keistimewaan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Ibadah yang dilakukan pada malam ini dijanjikan pahalanya jauh lebih besar dibandingkan ibadah selama seribu bulan, sebagaimana diketahui dalam QS Al-Qadr: 3. Malam ini juga disebut sebagai malam penuh berkah, di mana para malaikat, termasuk Malaikat Jibril, turun ke bumi untuk menyebarkan rahmat Allah. Selain itu, ini merupakan waktu yang baik untuk memohon ampunan dan meningkatkan kualitas ibadah.
Tradisi peringatan Nuzulul Quran di Indonesia memiliki beragam bentuk, yang mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Muslim. Kegiatan yang biasanya dilakukan antara lain adalah pengajian dan tadarus Al-Quran, sholawatan, serta pembagian takjil dan santunan kepada yang membutuhkan. Selain itu, masyarakat juga kerap melaksanakan grebeg sahur dan tarhim sebagai bentuk syiar untuk menyemarakkan bulan Ramadan.
Dalam setiap peringatan Nuzulul Quran, umat Islam diingatkan bahwa Al-Quran bukanlah sekadar kitab yang dibaca, tetapi juga harus dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Momen ini menjadi peluang bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Al-Quran dan mengamalkan ajarannya, sehingga bisa menjadi petunjuk dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan semangat Nuzulul Quran, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan serta menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup yang tidak hanya dibaca, tetapi juga diamalkan. Kegiatan keagamaan dan tradisi berkaitan dengan Nuzulul Quran diharapkan dapat memperkuat ikatan spiritual masyarakat, sehingga membawa keberkahan dan petunjuk dalam setiap aspek kehidupan. Semoga kita senantiasa diberi kesempatan untuk memahami dan menghidupi pesan-pesan mulia yang terkandung dalam kitab suci ini.