Zelensky Optimis Perang Ukraina Berakhir Tahun Ini, Ini Alasannya!

Pada peringatan tiga tahun invasi Rusia yang dimulai pada Februari 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan harapannya agar perang yang berkecamuk di negaranya dapat diakhiri pada tahun ini. Dalam sebuah konferensi pers, Zelensky menyatakan, “Kami berharap dapat mengakhiri perang ini tahun ini,” sembari mengakui betapa sulitnya situasi yang dihadapi rakyat Ukraina selama periode tersebut.

Zelensky memberikan catatan penting terkait kebutuhan Ukraina akan jaminan keamanan untuk mencegah kemungkinan serangan dari Rusia di masa mendatang. Ia menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di Uni Eropa dan NATO akan sangat membantu dalam hal ini. Meskipun demikian, Rusia telah menunjukkan penolakan yang tegas terhadap gagasan tersebut, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima Ukraina sebagai anggota NATO sebagai bagian dari kesepakatan damai.

Dalam pertemuan puncak para pemimpin Eropa yang diadakan di Kyiv, di mana Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau turut hadir, Zelensky meminta dukungan lebih lanjut dari komunitas internasional. “Kami berharap Amerika Serikat akan terus memberikan dukungan, seperti halnya semua mitra lainnya,” ujarnya saat ditanya mengenai hubungan dengan Washington, terutama dalam konteks komentar yang dilontarkan oleh mantan Presiden Donald Trump terkait Ukraina.

Sebagai langkah awal menuju perdamaian, Zelensky juga mengusulkan bahwa pertukaran tahanan perang secara menyeluruh dapat menjadi titik awal untuk mengakhiri konflik. Sejak awal perang, telah terjadi 60 kali pertukaran tahanan antara Ukraina dan Rusia, meskipun diperkirakan masih ada lebih dari 8.000 warga Ukraina yang ditahan di negara tetangga tersebut.

Zelensky lebih lanjut merinci situasi yang kejam yang dialami sejumlah warga Ukraina, mengungkapkan bahwa banyak dari mereka, termasuk yang ditahan sejak invasi Krimea pada 2014, masih berada dalam kondisi yang tidak menentu. “Ini adalah pilihan yang adil dan benar,” tambahnya mengenai harapan untuk melancarkan pertukaran tahanan.

Dalam konteks dukungan internasional, peserta pertemuan puncak tersebut mencakup para pemimpin Eropa dan negara-negara lain seperti Denmark, Latvia, dan Finlandia. Pembicaraan ini berlangsung di tengah meningkatnya kekhawatiran akan krisis yang melanda kontinen Eropa akibat perang di Ukraina. Pemimpin Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga menekankan bahwa bukan hanya nasib Ukraina yang dipertaruhkan dalam konflik ini, tetapi juga nasib Eropa secara keseluruhan. Ia menambahkan bahwa Ukraina bisa bergabung dengan Uni Eropa sebelum tahun 2030 jika terus melanjutkan reformasi yang diperlukan.

Trudeau, dalam komentarnya, merujuk pada dinamika kekuasaan yang semakin rumit di dunia, menekankan bahwa kekuasaan tidak lagi berarti kebenaran dalam konteks konflik global saat ini. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, juga membuka kemungkinan untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina setelah konflik berakhir, meskipun dengan banyak pertanyaan yang masih harus dijawab.

Sejak invasi dimulai, puluhan ribu tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak telah kehilangan nyawa, dan banyak wilayah Ukraina mengalami kehancuran yang signifikan. Tindakan dan keputusan yang diambil dalam waktu dekat dapat sangat mempengaruhi masa depan negara itu, serta stabilitas di Eropa. Di tengah harapan dan tantangan ini, pendapat Zelensky mengenai perlunya jaminan keamanan menjadi sangat penting, tidak hanya bagi Ukraina tetapi juga bagi keamanan regional di Eropa.

Exit mobile version