Dalam perkembangan terbaru terkait konflik Ukraina, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan kritik keras terhadap pendekatan negosiasi perdamaian yang diterapkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih pada 21 Februari 2025, Trump menegaskan bahwa Ukraina tidak memiliki posisi tawar yang kuat, tetapi tetap bersikukuh dalam negosiasi. “Saya telah berbicara sangat baik dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tetapi dialog dengan Ukraina tidak begitu baik. Mereka tidak punya kartu, tetapi mereka bersikap keras dalam negosiasi,” ungkap Trump.
Kritik Trump diperkuat dengan pernyataannya mengenai ketidakperluan kehadiran Zelensky dalam pembicaraan yang lebih luas. “Saya rasa dia tidak cukup penting untuk hadir dalam pertemuan tersebut. Dia sudah berada di sana selama tiga tahun dan mempersulit tercapainya kesepakatan,” jelasnya. Menurut Trump, keberadaan Zelensky justru menghambat proses penyelesaian konflik, yang telah menyebabkan dampak serius bagi rakyat Ukraina.
Trump tidak hanya mencurahkan kritiknya kepada Zelensky. Ia juga menyuarakan pandangannya bahwa Rusia tidak dapat disalahkan sepenuhnya atas eskalasi konflik. “Saya telah menyaksikan orang ini selama bertahun-tahun saat kota-kotanya dihancurkan. Saya melihat dia melakukan negosiasi perdamaian Ukraina tanpa memiliki kartu dan itu memuakkan,” tambahnya, merujuk pada kinerja Zelensky dalam konteks negosiasi yang ada.
Lebih lanjut, Trump menyatakan bahwa Putin tidak berada di bawah tekanan untuk menyetujui kesepakatan dengan Ukraina. “Dia tidak harus membuat kesepakatan, karena jika dia menginginkannya, dia bisa menguasai seluruh negara.” Sindiran ini menunjukkan posisi dominan Rusia dalam situasi saat ini, di mana mereka mengendalikan wilayah yang signifikan di Ukraina.
Kritik terhadap negara-negara Eropa juga muncul, di mana Trump menilai pemimpin Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, gagal mengambil tindakan yang cukup untuk menyelesaikan konflik. “Perang masih berlangsung, tetapi mereka belum bertemu dengan Rusia atau melakukan apa pun,” katanya, menyoroti stagnasi diplomasi yang terjadi.
Dalam konteks yang lebih luas, Trump menyampaikan kekhawatirannya bahwa negosiasi perdamaian yang terhambat berpotensi memberikan keuntungan bagi Rusia dan mengarah pada resolusi yang tidak menguntungkan bagi Ukraina. Ia juga membahas mengenai usulan kepada Zelensky untuk memberikan akses istimewa kepada AS atas mineral di Ukraina sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan. Namun, Zelensky menolak tawaran tersebut dan merasa terpinggirkan dari perundingan tingkat tinggi antara Rusia dan AS yang berlangsung di Arab Saudi.
Reaksi terhadap kritik Trump ini belum terlihat dari pihak Ukraina dan negara-negara Eropa yang disebutkan. Namun, pernyataan Trump menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen AS terhadap Ukraina dan dampaknya pada keseimbangan geopolitik di kawasan. Ada kekhawatiran bahwa Trump mungkin mencari konsesi dalam negosiasi yang akan merugikan posisi Ukraina.
Dengan situasi yang terus berkembang dan ketegangan yang meningkat, urgensi untuk mencapai resolusi damai di Ukraina semakin mendesak. Sementara itu, pernyataan Trump merangkum pandangan yang semakin mempertanyakan efektivitas strategi pemimpin Ukraina dalam menghadapi tantangan besar yang mereka hadapi saat ini.