Telur Bergizi Gratis di Lombok Diduga Berulat, Warga Syok!

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 1 Gontoran, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, baru-baru ini mengejutkan orang tua dan siswa setelah ditemukannya telur yang diduga berulat. Kejadian tersebut terjadi pada hari Senin, 10 Maret 2025, sekitar pukul 10.00 Wita, saat siswa menerima makanan pengganti yang disediakan selama bulan puasa.

Menurut informasi yang dihimpun, telur, roti, kurma, dan minuman sereal instan energen dibagikan kepada siswa sebagai bagian dari program makanan bergizi. Namun, saat diperiksa, sejumlah telur yang diterima didapati dalam kondisi buruk, dengan ulat yang masih hidup ditemukan di dalamnya. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan di kalangan orang tua dan masyarakat setempat.

Kapolsek Lingsar, Iptu Ida Bagus Suwendra, mengonfirmasi bahwa terdapat laporan dari Bhabinkamtibmas mengenai temuan tersebut. Ia menyebutkan bahwa pihak sekolah dan penyedia MBG sudah menyelesaikan masalah ini. “Saya baru dapat info kejadiannya sudah sekitar seminggu yang lalu,” ungkapnya.

Dalam penyelidikannya, Office SPPG Grimax Indah Narmada, Vivit Dwi Yuni Purwanti, menjelaskan bahwa mereka telah mengecek telur yang diduga berulat itu. Dia bersikeras bahwa telur tersebut masih dalam kondisi segar dan meragukan bahwa ulat berasal dari dalam telur. “Telur itu fresh, jadi direbus. Misalnya datang hari ini, besok pagi direbus untuk hari Senin,” ujarnya.

Pihak Grimax Indah Narmada menyatakan bahwa ada kemungkinan ulat tidak berasal dari telur, melainkan dari sumber lain. Mereka menduga ulat mungkin berasal dari tas kertas yang digunakan siswa untuk membawa makanan, yang tidak sekali pakai. “Kebetulan kami konfirmasi kepala sekolah dan keponakannya dapat dan dia makan enak kok telurnya,” tambah Vivit.

Lebih lanjut, pihak penyedia makanan ini juga menjelaskan kemungkinan lain, yaitu bahwa ulat bisa berasal dari buah salak yang disertakan dalam makanan bergizi. Meskipun salak yang dibeli telah disortir untuk membuang buah yang busuk, tetap ada kemungkinan ulat ikut menempel di buah yang masih bagus.

Menurut data, Grimax Indah Narmada menyalurkan program MBG tidak hanya di SDN 1 Gontoran, tetapi juga di beberapa sekolah lain di wilayah tersebut, termasuk SMPN 4 Narmada, SMPN 1 Narmada, dan SMAN 2 Narmada, dengan total jumlah siswa mencapai 3.436 orang. Penyedia makanan ini bertanggung jawab untuk memastikan kualitas makanan yang diberikan kepada siswa, namun insiden ini menunjukkan adanya celah yang perlu diperbaiki dalam prosedur penyediaan makanan bagi anak-anak.

Kejadian ini tentunya mengundang kritik dari masyarakat mengenai standar kualitas makanan sekolah, terutama yang diberikan melalui program pemerintah. Diharapkan pihak terkait bisa segera mengambil tindakan untuk memastikan makanan yang disajikan dalam kondisi baik dan aman untuk dikonsumsi.

Ke depan, pihak sekolah, penyedia MBG, dan instansi pemerintahan diharapkan dapat melakukan evaluasi dan perbaikan dalam sistem distribusi makanan agar kejadian serupa tidak terulang. Sosialisasi mengenai cara memeriksa makanan serta perhatian lebih terhadap kebersihan dalam pengemasan dan penyajian juga perlu ditingkatkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan siswa.

Exit mobile version