Sergio Conceicao, pelatih AC Milan, masih menghadapi tantangan besar dalam meramu taktik untuk timnya setelah hasil mengecewakan pada leg pertama playoff Liga Champions melawan Feyenoord. Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion De Kuip pada Kamis (13/2) dini hari WIB, Milan mengalami kekalahan tipis 1-0. Kegagalan ini menambah daftar inkonsistensi yang sudah lama menghantui klub, yang sebelumnya dipimpin oleh Stefano Pioli dan Paulo Fonseca.
Sejak diangkat sebagai pelatih pada 30 Desember, Conceicao berharap bisa memberikan perubahan signifikan. Kegembiraan sempat dirasakan ketika AC Milan meraih dua kemenangan beruntun di pentas domestik, namun cepat sirna setelah kembali menelan kekalahan di panggung Eropa. “Sulit untuk mengubahnya, tetapi bukan tidak mungkin. Kami berada di sini untuk membuat empat bulan terakhir musim ini berbeda dari enam bulan sebelumnya,” ujar Conceicao dalam wawancaranya dengan Sky Sport Italia.
Konsep permainan yang diterapkan oleh Conceicao pada pertandingan melawan Feyenoord terbilang berisiko. Ia menurunkan kuartet menyerang, yaitu Santiago Gimenez, Joao Felix, Rafael Leao, dan Christian Pulisic, di menit awal. Namun, jalannya pertandingan tak berjalan sesuai harapan ketika Milan kebobolan gol di menit ketiga akibat kesalahan kiper Mike Maignan dalam mengantisipasi sepakan pemain sayap Feyenoord, Igor Paixao.
Milan mungkin memiliki taktik menyerang yang diharapkan membawa mereka meraih kemenangan, tetapi selama pertandingan, mereka hanya mampu menciptakan sedikit peluang berbahaya. Hal ini tentu menjadi catatan penting bagi Conceicao, yang mengakui perlunya waktu untuk menemukan keseimbangan dan taktik yang tepat untuk timnya. “Kami seharusnya berbuat lebih banyak. Atmosfer di sini sangat panas dan kami tahu Feyenoord selalu memberi lebih banyak di kandang sendiri. Ini Liga Champions dan atmosfer seperti ini seharusnya memotivasi kami, bukan malah sebaliknya,” tambah Conceicao.
Kedalaman skuad Milan juga menjadi pertanyaan. Meski Conceicao menurunkan empat pemain offensive sekaligus, kerap kali keberadaan mereka di lapangan menciptakan ketidakseimbangan. Sebagian besar permainan dari Milan lebih condong ke sisi kiri, dengan adanya Leao dan Theo Hernandez. Namun, posisi Joao Felix yang juga menggeser ke kiri membuat sektor kanan, yang dijaga oleh Kyle Walker, menjadi lemah dan dieksploitasi oleh Feyenoord.
Meskipun kekalahan ini menjadi pukulan bagi Conceicao, ia tetap yakin peluang untuk membalikkan keadaan masih ada. Leg kedua di San Siro pekan depan menjadi sangat krusial bagi Milan jika mereka ingin melanjutkan langkah ke babak 16 besar. “Ini belum berakhir, masih terbuka lebar untuk leg kedua. Kami tentu membutuhkan respons yang berbeda dari para pemain,” kata Conceicao optimis.
Tekanan untuk membangun kembali performa tim semakin meningkat menjelang leg kedua. Para penggemar mengharapkan pembenahan di sisi taktik dan mental pemain untuk dapat meraih kemenangan yang sangat diperlukan. Belum ada jaminan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi tim pelatih kini dituntut untuk segera menemukan formula yang tepat agar Milan bisa kompetitif di level Eropa.
Dalam situasi ini, tantangan besar ada di pundak Sergio Conceicao untuk membuktikan dirinya sebagai pelatih yang mampu membawa AC Milan kembali ke jalur kemenangan dan memenuhi ekspektasi penggemar. Referensi dari hasil-hasil laga sebelumnya akan menjadi panduan penting dalam merencanakan strategi yang lebih efektif. Dengan waktu yang tersisa, fokus dan persiapan matang akan menjadi kunci bagi Rossoneri untuk meraih hasil positif di laga selanjutnya.