Rayen Pono Sebut VISI dan AKSI Gerombolan, Ahmad Dhani Bales!

Pernyataan kontroversial mengenai dua asosiasi musik, VISI (Vibrasi Suara Indonesia) dan AKSI (Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia), baru-baru ini mencuri perhatian publik. Rayen Pono, seorang musisi yang diundang dalam podcast Rian D’Masiv, mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kedua perkumpulan tersebut, bahkan menyebut keduanya sebagai ‘gerombolan’. Dalam kesempatan itu, Rian D’Masiv mempertanyakan posisi Rayen Pono mengenai VISI yang digawangi oleh Armand Maulana dan AKSI yang dipimpin oleh Ahmad Dhani.

Rayen Pono mengungkapkan bahwa dirinya tidak berpihak pada salah satu dari dua kelompok tersebut. Ia menekankan bahwa keresahan yang dirasakannya jauh lebih besar daripada sekadar memilih asosiasi. “Gua gak ada di dua-duanya, karena gua justru keresahan gue justru jauh lebih besar daripada menentukan gua harus join grombolan mana,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan ketidakpuasan Rayen terhadap tindakan asosiasi yang dianggapnya tidak memiliki itikad jelas dalam memperjuangkan industri musik di Indonesia.

Ahmad Dhani, pendiri AKSI, segera merespons komentar Rayen Pono dengan tegas. Melalui unggahan di media sosial, ia menekankan bahwa AKSI adalah sebuah asosiasi resmi yang terdaftar secara legal. Dhani merasa pernyataan Rayen Pono terkesan sembarangan dan tidak berdasar. “AKSI itu ASOSIASI RESMI TERDAFTAR. Ini siapa asal nguap ngomongnya?” kata Dhani, menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kritik yang dilayangkan Rayen.

Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) didirikan dengan tujuan melindungi hak cipta para komposer dan memperjuangkan kepentingan mereka di dalam industri musik. AKSI memiliki beberapa misi, antara lain perlindungan hak cipta, advokasi untuk regulasi yang lebih baik, pengembangan industri musik, serta menjalin kolaborasi dan jaringan dengan pihak lain. Melalui peran serta yang aktif, AKSI bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hak cipta di kalangan musisi Indonesia.

Sementara itu, VISI muncul sebagai gerakan kolektif yang dibentuk oleh para musisi dan penyanyi untuk memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan dalam industri musik. VISI dilandasi oleh keresahan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Hak Cipta yang dianggap tidak adil dan transparan. Para penggagas VISI berambisi untuk menjadikan industri musik lebih berkeadilan melalui perlindungan hak cipta, sistem royalti yang transparan, serta revisi yang mendalam atas peraturan yang ada.

Menurut Rayen Pono, alasan di balik kritiknya sangat jelas. Ia merasa bahwa kedua asosiasi tersebut belum menunjukkan itikad yang jelas dalam memperjuangkan nasib para musisi. Pernyataan tersebut menyoroti tantangan yang dihadapi para pelaku musik saat ini, di mana isu pengelolaan hak cipta dan sistem royalti masih menjadi topik hangat yang membutuhkan perhatian serius.

Dukungan untuk VISI juga mengalir dari berbagai musisi ternama. Musisi lintas generasi seperti Ariel NOAH, Bunga Citra Lestari, dan Raisa secara kompak menunjukkan dukungan terhadap gerakan ini melalui media sosial. Mereka berharap VISI dapat menjadi solusi dan mencapai tujuan untuk menciptakan ekosistem musik yang lebih adil dan sejahtera.

Kompetisi antara VISI dan AKSI mencerminkan keterbelahan di antara para musisi mengenai jalur yang harus diambil untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Meskipun kedua organisasi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memperjuangkan hak-hak para pelaku industri musik, pendekatan dan strategi yang mereka ambil tampak berbeda. Dengan adanya kontroversi ini, diharapkan ada dialog konstruktif yang dapat menghasilkan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh industri musik Indonesia saat ini.

Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk tetap fokus pada visi bersama yang bertujuan untuk memajukan industri musik, serta menegaskan kembali pentingnya keberadaan wadah yang dapat mewakili suara dan aspirasi semua musisi Indonesia.

Exit mobile version