Raissa Ramadhani Tak Menyangka Karyanya Jadi Simbol Duka Bunda Iffet

Lagu “Seribu Pelukan” yang diciptakan oleh Raissa Ramadhani mendadak mencuri perhatian publik setelah viral di media sosial, menyusul kabar duka meninggalnya Bunda Iffet, sosok ibu yang memiliki peran penting dalam perjalanan band legendaris Slank. Setelah berita duka tersebut, banyak penggemar dan sahabat yang memutar lagu ini sebagai ungkapan rasa duka dan penghormatan kepada Bunda Iffet.

Raissa Ramadhani mengungkapkan keterkejutannya saat mendengar berita tersebut. Dalam keterangan yang diperoleh, ia mengaku bahwa lagu yang awalnya ditulis sebagai persembahan cinta untuk ibunya yang telah meninggal, kini menjadi latar dalam momen perpisahan Bunda Iffet. “Kaget banget pas denger soal berita meninggalnya Bunda Iffet. Aku mungkin bukan fans berat Slank, tapi siapa sih yang gak kenal sosok Bunda Iffet, wanita tangguh yang berhasil melewati berbagai naik turun kehidupan,” katanya. Keterikatan emosional ia rasakan, terutama karena kehilangan sosok ibunya.

Raissa mengakui bahwa lagu “Seribu Pelukan” yang dimaksudnya sangat menyentuh dan terhubung dengan perasaan duka yang melanda banyak orang. “Terharu juga kalo akhirnya aku menemukan lagu Seribu Pelukan, yang memang aku tujukan untuk Ibuku yang telah tiada, dijadikan lagu latar pengantar pesan duka mendalam untuk Bunda Iffet,” imbuhnya.

Lagu ini kini disebut-sebut sebagai anthem perpisahan yang menyentuh hati. Lirik dan melodi lagu ini mampu menggambarkan kedalaman cinta dan kehilangan yang dirasakan oleh banyak orang. Warganet menilai “Seribu Pelukan” berhasil menyatukan perasaan rindu, cinta, dan kehilangan dalam satu harmoni penuh makna. Banyak yang membagikan pengalaman dan kenangan mereka saat mendengarkan lagu ini setelah berita duka.

Bunda Iffet, yang juga dikenal dengan nama asli Iffet Veceha, meninggal dunia pada Sabtu malam, 24 April 2025, di usia 87 tahun. Beliau merupakan ibu dari Bimbim Slank, dan jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta. Dalam beberapa hari sebelum meninggal, kesehatan Bunda Iffet memang diketahui menurun. Bimbim menjelaskan bahwa ia membawa ibunya ke rumah sakit setelah menyadari bahwa ibunya tidak bangun-bangun dari tidur.

Bunda Iffet dikenal sebagai perempuan tangguh yang banyak menginspirasi. Perannya dalam mendukung karier anak-anaknya, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan dalam industri musik, membuatnya dihormati dan dicintai oleh banyak orang. Pengaruh dan kontribusinya dalam dunia musik Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Kini, dengan lagu “Seribu Pelukan” berperan sebagai simbol duka, legasi Bunda Iffet akan selalu diingat dan dirayakan melalui musik.

Baik para penggemar Slank maupun pendengar musik lainnya merasa terhubung dengan emosi yang terkandung dalam lagu tersebut. Raissa Ramadhani, melalui karyanya, berhasil menyentuh hati banyak orang di saat-saat sulit ini, menjadikan lagu “Seribu Pelukan” lebih dari sekadar sebuah lagu, tetapi juga sebuah karya seni yang menciptakan ikatan emosional dengan pendengarnya.

Dengan demikian, emosi yang mengalir dari lirik dan melodi telah menjadikan “Seribu Pelukan” sebagai salah satu karya yang tidak hanya mengenang Bunda Iffet, tetapi juga merefleksikan rasa cinta dan kehilangan yang universal. Lagu ini akan selamanya dikenang sebagai bagian dari perjalanan duka banyak orang.

Exit mobile version