PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI akan segera mengumumkan pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin, 24 Maret 2025. Pembagian dividen ini menjadi perhatian investor, terutama karena manajemen BRI mengumumkan rencana untuk memberikan dividen dengan payout ratio minimal 85% dari laba bersih tahun 2024 yang mencapai Rp60,64 triliun. Dengan angka tersebut, BRI diprediksi akan membagikan dividen setara Rp51,5 triliun kepada para pemegang saham.
Dalam laporan resmi yang diterbitkan sebelumnya, manajemen BRI mencatat bahwa dividen interim sebesar Rp135 per saham atau total sebesar Rp20,33 triliun telah dibayarkan pada 15 Januari 2025. Oleh karena itu, sisa dari laba bersih tahun buku 2024 akan dialokasikan sebagai saldo laba ditahan. Pada tahun sebelumnya, BRI juga membagikan dividen sebesar Rp48,1 triliun dengan payout ratio 80% dari laba bersih, menunjukkan komitmen perusahaan dalam memberikan imbal hasil kepada pemegang sahamnya.
Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, menyatakan bahwa dengan asumsi payout ratio sebesar 85%, dividen yang mungkin diterima pemegang saham mencapai Rp340 per saham. Mencermati harga saham BBRI yang ditutup di level Rp3.700 per saham pada 21 Maret 2025, dividen yield diperkirakan mencapai 9,16%. “Besaran dividen yield sebesar 9,16% untuk saham perbankan seperti BBRI sangat menarik, terutama karena harga saham saat ini sudah terkoreksi 42% dari harga tertingginya,” ujar Alfred.
Alfred menyoroti bahwa perusahaan perbankan seperti BRI cenderung memiliki perolehan laba yang lebih stabil dibandingkan sektor komoditas. “Data 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa laba BRI selalu tumbuh setiap tahun, kecuali pada 2020 akibat pandemi,” imbuhnya. Sementara itu, saat ini saham BBRI tercatat menguat 1,09% pada level Rp3.700 per lembar, meskipun mengalami koreksi 2,12% dalam sepekan terakhir dan melemah 12,11% secara tahun berjalan.
Dengan harga saham saat ini, rasio Price to Book Value (PBV) BBRI berada di angka 1,8x. Dalam satu dekade terakhir, rasio ini cenderung di atas 2x, kecuali pada masa pandemi COVID-19. Alfred memperkirakan, jika rasio PBV 2025F mencapai 2x, target harga saham BBRI dapat mencapai Rp4.400, dengan potensi upside sebesar 19%.
Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai bahwa jika pembagian dividen dengan rasio 85% terealisasi, maka hal tersebut akan memberikan sentimen positif bagi saham BRI. “Payout ratio yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu menunjukkan kepercayaan manajemen terhadap kinerja perusahaan,” ungkap Nico.
Ia juga menekankan pentingnya memperhatikan dividen yield, terutama bagi investor yang mencari imbal hasil. “Apabila dividen yield di atas 5%, ini menjadi hal yang menarik untuk dicermati,” tambah Nico. Bagi investor yang tidak tergolong sebagai “dividend hunter,” momen ini sering dimanfaatkan untuk akumulasi saham saat harga turun setelah pembagian dividen.
Dalam konteks saat ini, rekomendasi untuk para investor terlihat cukup optimis, dengan penekanan pada fundamental perusahaan BRI yang dinilai baik dan potensi valuasi di masa mendatang. Dengan berbagai pertimbangan yang ada, menjadi jelas bahwa prospek saham BRI menjelang pembagian dividen jumbo di tahun 2024 dapat menjadi banyak diperhatikan oleh para investor. Investasi di saham BBRI, seperti dikatakan oleh para analis, memiliki potensi yang menarik di tengah kondisi pasar yang dinamis.