Penderita Ginjal Dilarang Makan Buah dan Obat Jangka Panjang: Mitos atau Fakta?

Penyakit ginjal terus menjadi permasalahan kesehatan serius di Indonesia. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit ginjal kronis mencapai sekitar 739.208 orang. Angka ini lebih mencolok pada kelompok usia di atas 65 tahun, yang memiliki prevalensi mencapai 8,23%. Penyakit ini tidak hanya menciptakan dampak serius bagi kesehatan individu, tetapi juga tercatat sebagai penyebab kematian kesebelas tertinggi di Indonesia dengan lebih dari 42.000 kematian setiap tahunnya.

Di tengah angka yang mencengangkan ini, berbagai mitos terkait pengelolaan penyakit ginjal kian beredar, terutama tentang pola makan dan penggunaan obat-obatan. Salah satu mitos yang sering terdengar adalah bahwa penderita ginjal dilarang untuk mengonsumsi buah-buahan serta harus menghindari penggunaan obat hipertensi dalam jangka panjang. Namun, benarkah demikian?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Ginjal serta Hipertensi, Tunggul D. Situmorang, menjelaskan bahwa penting untuk membedakan antara mitos dan fakta. “Penderita penyakit ginjal kronik tetap diperbolehkan makan buah, tapi harus memilih jenis buah yang rendah kalium dan dalam jumlah yang tidak berlebihan,” tuturnya. Untuk diketahui, ginjal yang tidak berfungsi dengan baik memiliki kesulitan dalam membuang kelebihan kalium. Penumpukan kalium dalam darah dapat berujung pada gangguan irama jantung dan komplikasi serius lainnya.

Melalui penjelasan dokter Situmorang, berikut adalah beberapa jenis buah-buahan rendah kalium yang aman untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit ginjal:

– Apel
– Blueberry
– Raspberry
– Anggur
– Peach
– Nanas
– Pear
– Cranberry

Di sisi lain, ada juga buah-buahan yang tinggi akan kalium yang sebaiknya dihindari oleh penderita ginjal, yaitu:

– Pisang
– Kelapa
– Kurma
– Belimbing
– Alpukat
– Kiwi
– Jambu Biji

Sementara itu, mitos lain yang berkembang di masyarakat adalah anggapan bahwa penderita penyakit ginjal tidak boleh minum obat hipertensi seumur hidup, dengan pemikiran bahwa obat-obatan tersebut dapat menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut. Menanggapi hal ini, dr. Situmorang menegaskan, “Ini adalah mitos. Gagal ginjal justru bisa terjadi karena pasien tidak mengonsumsi obatnya atau dosisnya kurang.”

Hipertensi merupakan satu dari banyak penyebab utama penyakit ginjal kronis. Oleh karena itu, mengonsumsi obat antihipertensi dalam jangka panjang sangat penting untuk menghambat kerusakan lebih lanjut pada organ ginjal. “Seharusnya pasien dengan hipertensi tetap melanjutkan pengobatan dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi obat yang tepat,” imbuhnya.

Pengelolaan penyakit ginjal tidak hanya memerlukan pemahaman akan pola makan yang tepat, tetapi juga kesadaran akan pentingnya terapai obat yang teratur. Dengan adanya informasi yang jelas dan berdasarkan pada data ilmiah, diharapkan penderita penyakit ginjal dapat lebih memahami hak dan kewajiban mereka dalam menjalani perawatan yang efektif.

Dengan demikian, pembedaan antara mitos dan fakta menjadi penting agar penderita tidak terjebak dalam kesalahpahaman yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka. Penelitian dan edukasi lebih lanjut diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan yang benar tentang pengelolaan penyakit ginjal.

Exit mobile version