Para pemimpin Barat segera memberikan dukungan penuh kepada Ukraina setelah terjadinya pertemuan tegang antara Donald Trump, mantan Presiden AS, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih. Pertemuan yang berlangsung di Ruang Oval itu, yang digelar pada Jumat lalu, mencerminkan ketegangan mendalam antara Washington dan sekutu-sekutu Eropa, memperlihatkan tantangan besar bagi negara-negara Barat ketika Trump kembali menjabat pada Januari lalu.
Setelah pertemuan tersebut, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang sebelumnya bertemu Trump, menegaskan dukungan Inggris terhadap Ukraina. Juru bicara Downing Street menyebutkan bahwa Starmer “tetap teguh mendukung Ukraina dan berperan dalam mencari jalan menuju perdamaian yang langgeng, berdasarkan kedaulatan dan keamanan Ukraina.” Inggris dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin Eropa untuk membahas dukungan lebih lanjut bagi Kyiv, dan Zelensky diharapkan akan hadir dalam pertemuan tersebut.
Seruan untuk memperkuat dukungan bagi Ukraina juga datang dari Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang mendesak diadakannya pertemuan puncak antara AS dan negara-negara Eropa untuk membahas perang di Ukraina. Menurut Meloni, perpecahan di antara sekutu hanya akan melemahkan posisi Barat.
Dukungan dari Eropa sangat penting, terlebih setelah beberapa minggu terakhir banyak pemimpin terkejut oleh penurunan dukungan yang terlihat dari Washington. Mantan pemerintahan Joe Biden sebelumnya dikenal dengan dukungan kuatnya selama hampir tiga tahun. Dalam konteks ini, Zelensky sempat berkomunikasi dengan berbagai pemimpin Eropa, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang memperingatkan bahwa penyerang utama adalah Rusia. Macron menegaskan, “Ada agresor, yaitu Rusia, dan ada rakyat yang diserang, yaitu Ukraina.”
Dalam upayanya untuk meraih dukungan dari lingkungan internasional, Zelensky juga berbicara dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. “Ukraina, kamu tidak akan berjalan sendirian,” ungkap Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda, menambahkan bahwa setiap dukungan untuk Ukraina adalah penting bagi keutuhan negara tersebut.
Di luar Eropa, dukungan bagi Ukraina juga mengalir dari sekutu-sekutu utama AS. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menekankan pentingnya solidaritas dengan Ukraina, menegaskan bahwa invasi Rusia adalah tindakan ilegal. Sementara Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, turut menegaskan komitmen negaranya untuk tetap mendukung Ukraina sejauh yang diperlukan. Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, pun menyatakan bahwa negaranya tetap teguh dalam mendukung Ukraina dalam perjuangannya.
Namun, tidak semua pemimpin Eropa menunjukkan sikap yang serupa. Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, yang dikenal sebagai sekutu Trump, malah memberikan dukungan kepada mantan presiden AS tersebut. Orban menyatakan bahwa, “Pria kuat menciptakan perdamaian, pria lemah menciptakan perang,” mengindikasikan dukungannya pada pendekatan Trump dalam menyelesaikan konflik ini.
Di dalam negeri, kontroversi yang ditimbulkan oleh pertemuan dengan Trump justru memperkuat solidaritas di kalangan anggota parlemen Ukraina. Oleksandr Merezhko, kepala Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Ukraina, menyatakan bahwa mereka bangga dengan keberanian Zelensky yang berusaha membela negaranya. Para pejabat militer Ukraina juga menunjukkan ketahanan dalam menghadapi gempuran Rusia yang terus berlanjut. “Lebih baik bertempur sampai mati daripada membekukan perang dan kemudian terkuras lagi dalam tiga tahun,” ungkap seorang perwira militer.
Seluruh dinamika ini memperlihatkan betapa kompleksnya situasi yang terjadi di Ukraina. Dukungan dari pemimpin Barat sangat penting bagi kelangsungan perjuangan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Sementara itu, pertemuan tegang Trump-Zelensky menjadi sorotan, menciptakan gelombang reaksi yang memperkuat resolusi dan dukungan dari berbagai pihak untuk Ukraini.