Insiden bom bunuh diri terbaru yang terjadi di Pakistan kembali mengguncang negara tersebut. Pada Selasa, 4 Maret 2025, dua ledakan mengguncang Kota Bannu yang terletak di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, menewaskan setidaknya 12 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta melukai 32 orang lainnya. Ini merupakan serangan terbaru dalam rangkaian peningkatan kekerasan yang melibatkan kelompok militan di wilayah tersebut.
Serangan terjadi ketika dua kendaraan yang berisi bahan peledak meledak di pasar yang ramai dekat kompleks militer. Ledakan yang kuat menyebabkan bangunan di sekitarnya runtuh, memperburuk jumlah korban jiwa. Sejumlah sumber yang enggan disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa enam militan juga tewas dalam baku tembak yang terjadi pasca ledakan.
Kelompok militan yang tidak begitu dikenal, Jaish Al-Fursan, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Namun, otoritas Pakistan cepat mengaitkan tindakan tersebut dengan militan yang berbasis di Afghanistan. Pemerintah Islamabad menuduh bahwa Taliban yang kini berkuasa di Kabul tidak cukup mengambil langkah untuk menghentikan militansi yang melintasi perbatasan.
Taliban, di sisi lain, telah membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa mereka tidak memiliki keterlibatan dalam serangan tersebut. Namun, situasi keamanan di Pakistan, terutama di Khyber Pakhtunkhwa, memang telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Banyak serangan sebelumnya juga menargetkan kota Bannu, menjadikannya sasaran empuk bagi kelompok militan.
Data yang dirilis oleh Institut Pakistan untuk Studi Konflik dan Keamanan (PICSS) menunjukkan bahwa pada bulan Februari 2025, setidaknya 55 warga sipil dan 47 personel keamanan tewas dalam 79 serangan yang dilakukan oleh militan di seluruh negeri. Dari jumlah tersebut, 44 serangan terjadi di Khyber Pakhtunkhwa. Laporan tersebut menegaskan bahwa bulan Februari menandai bulan pertama sejak Agustus 2024 ketika jumlah korban sipil melebihi jumlah pasukan keamanan yang terbunuh.
Kekerasan yang meningkat ini jelas menjadi perhatian besar bagi otoritas Pakistan. Dalam upaya menanggulangi paham radikal yang berkembang, operasi keamanan telah meningkat, dengan setidaknya 156 militan tewas pada bulan lalu. Meskipun upaya tersebut, serangan-serangan terhadap personel keamanan dan warga sipil terus berlanjut.
Sementara para pihak berwenang berjuang untuk mengatasi kekerasan ini, keadaan di lapangan terus memburuk. Serangan-serangan bom bunuh diri yang sering kali menargetkan posisi militer dan keamanan telah menciptakan suasana ketidakpastian di kalangan masyarakat. Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dapat menstabilkan situasi keamanan di negara tersebut.
Secara keseluruhan, insiden terbaru ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi Pakistan dalam mengatasi ancaman militan. Dengan meningkatnya jumlah serangan, dalam konteks hubungan yang tegang dengan Taliban dan militansi lintas perbatasan, masa depan stabilitas keamanan Pakistan terlihat semakin kompleks. Pemerintah harus segera merumuskan strategi yang lebih efektif untuk mencegah serangan di masa yang akan datang dan melindungi warga sipil dari ancaman yang terus meningkat.