Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kelompok Houthi di Yaman pada Sabtu, 15 Maret 2025. Serangan ini merupakan respons atas serangan Houthi yang menargetkan pengiriman barang di Laut Merah. Dalam operasi yang diperkirakan akan berlangsung beberapa hari ini, setidaknya 24 orang dilaporkan tewas, termasuk sejumlah warga sipil.
Serangan ini menandai salah satu operasi militer terbesar yang dilakukan oleh AS di Timur Tengah sejak Trump menjabat. “Serangan ini adalah bagian dari upaya kami untuk menanggapi agresi Houthi dan memberi peringatan kepada Iran sebagai pendukung utama mereka. Kami tidak akan mentolerir ancaman terhadap kepentingan kami,” tegas Trump dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat dari pemerintah AS yang tidak ingin disebutkan namanya menyatakan kepada Reuters bahwa serangan tersebut bisa berlangsung selama berminggu-minggu ke depan. Langkah ini juga selaras dengan peningkatan sanksi AS terhadap Iran, sementara Washington berusaha menggiring Teheran ke meja perundingan untuk membahas program nuklir.
Dalam pernyataannya yang diposting di platform Truth Social, Trump menyampaikan ancaman tegas kepada kelompok Houthi: “Kepada semua teroris Houthi, WAKTU KALIAN SUDAH HABIS, DAN SERANGAN KALIAN HARUS DIHENTIKAN, MULAI HARI INI. JIKA TIDAK, NERAKA AKAN MENGHANCURKAN KALIAN DENGAN CARA YANG BELUM PERNAH KALIAN LIHAT SEBELUMNYA!” Pernyataan ini menunjukkan ketegasan AS terhadap kekuatan militer Houthi yang telah mengancam stabilitas di kawasan tersebut.
Namun, serangan ini tidak hanya menimbulkan korban di pihak Houthi. Data dari kementerian kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa setidaknya 13 warga sipil tewas dan sembilan lainnya mengalami cedera di ibu kota Yaman, Sanaa. Selain itu, laporan dari media yang dikelola Houthi, TV Al-Masirah, menyebutkan bahwa serangan AS di provinsi utara Saada mengakibatkan tambahan 11 kematian, termasuk empat anak-anak dan seorang wanita.
Kondisi kemanusiaan di Yaman sudah sangat kritis, dan serangan ini hanya akan menambah penderitaan rakyat Yaman yang sudah terjebak dalam konflik selama bertahun-tahun. Organisasi-organisasi kemanusiaan telah memperingatkan bahwa serangan udara dan tindakan militer lainnya dapat mengakibatkan lebih banyak warga sipil yang menjadi korban, khususnya di daerah-daerah yang padat penduduk.
Sementara itu, beberapa analis mengatakan bahwa serangan ini juga merupakan sinyal bagi Iran untuk segera menghentikan dukungan mereka kepada Houthi. “Trump jelas memberi tekanan pada Iran, menyampaikan pesan bahwa jika mereka terus mendukung Houthi, mereka akan menghadapi konsekuensi serius,” kata seorang analis keamanan internasional.
Krisis di Yaman telah menarik perhatian internasional, dengan banyak negara menyerukan perundingan dan solusi damai. Namun, serangan militer seperti ini sering kali menjadi penghalang bagi upaya diplomasi. Dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran, dampak dari serangan ini tidak hanya akan dirasakan di Yaman, tetapi juga di seluruh kawasan Timur Tengah dan di panggung politik internasional.
Saat situasi di Yaman terus berkembang, semua mata tertuju pada langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Washington dan reaksi dari Houthi serta sekutu mereka. Dengan konflik yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun, rakyat Yaman tampaknya semakin terperangkap dalam spiral kekerasan yang tampaknya tidak ada ujungnya.