Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, baru-baru ini memberikan instruksi kepada militer Israel untuk bersiap tinggal lebih lama di beberapa kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki. Dalam pernyataannya pada hari Minggu, Katz mengungkapkan bahwa sekitar 40.000 warga Palestina telah mengungsi dari tiga kamp di Tepi Barat utara, yang kini kehilangan penduduknya.
Katz menegaskan bahwa militer Israel tidak akan mengizinkan kembalinya penduduk ke kamp-kamp ini dan bersiap untuk tinggal dalam waktu yang lama. Instruksi tersebut datang di tengah meningkatnya intensifikasi serangan oleh tentara Israel di wilayah Palestina, terutama di Tepi Barat, saat gencatan senjata yang menghentikan konflik di Gaza masih berlaku.
Pada hari yang sama, militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan memperluas serangan di Tepi Barat dan telah mengirim tank ke kota Jenin. Dalam pernyataan resmi, IDF (Pasukan Pertahanan Israel), Shin Bet (badan keamanan dalam negeri), dan polisi perbatasan mengkonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan operasi kontraterorisme mereka di wilayah Samaria utara dan memperluas aktivitas ofensif ke daerah tersebut, termasuk pengiriman satu divisi tank untuk beroperasi di Jenin.
Situasi di Tepi Barat semakin memprihatinkan, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan peringatan serius terkait agresi yang sedang berlangsung dari pihak Israel. Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, dalam konferensi pers, menyatakan bahwa operasi militer Israel di bagian utara Tepi Barat adalah yang terlama sejak awal tahun 2000-an. PBB juga memperingatkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina dan properti mereka terus meningkat, dengan rata-rata insiden yang terjadi hampir lima kali sehari antara 11 dan 17 Februari.
Data tersebut menunjukkan dampak besar dari kebijakan militer Israel terhadap masyarakat Palestina, di mana banyak yang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka. Sementara itu, peningkatan kekerasan dan ketegangan di wilayah tersebut semakin memperburuk keadaan keamanan dan kemanusiaan bagi warga sipil Palestina.
Humanitarian Office PBB (OCHA) juga menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai operasi militer yang sedang berlangsung. Mereka menekankan pentingnya perlindungan bagi warga sipil dan mendorong semua pihak untuk meredakan ketegangan guna mencegah lebih banyak pengungsi dan korban jiwa di antara warga sipil.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Israel di Tepi Barat merupakan bagian dari pendekatan yang lebih luas terhadap wilayah tersebut, di mana situasi yang tegang dan konflik yang berkepanjangan menunjukkan tidak adanya solusi yang jelas dan permanen. Dalam konteks ini, instruksi Menteri Pertahanan untuk tetap berada di kamp-kamp pengungsi bisa jadi menjadi sinyal bahwa pemerintah Israel tidak memiliki niat untuk mundur dari kebijakan yang telah menimbulkan banyak penderitaan di kalangan rakyat Palestina.
Kebangkitan aktor-aktor keamanan, termasuk operasional yang melibatkan tank dan pasukan militer, hanya semakin mempertinggi ketegangan di wilayah tersebut. Dengan meningkatnya kehadiran militer dan kontrol yang ketat, masa depan yang aman dan stabil bagi masyarakat Palestina di Tepi Barat tetap menjadi hal yang sangat tidak pasti. Pendekatan yang lebih humanis dan solusi politik yang inklusif menjadi kunci untuk menyelesaikan isu-isu mendasar dalam konflik Israel-Palestina yang berkepanjangan.