Mantan Presiden Filipina Duterte Ditangkap dan Dikirim ke Belanda!

Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, ditangkap pada Selasa, 11 Maret 2023, di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila. Penangkapan ini dilakukan tak lama setelah Duterte tiba dari kunjungan ke Hong Kong. Proses penangkapan dilaksanakan berdasarkan surat perintah dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait penyelidikan atas kebijakan perang melawan narkoba yang diterapkan Duterte saat menjabat sebagai presiden. Setelah proses penangkapan, Duterte diterbangkan ke Belanda untuk menjalani proses hukum di ICC.

Kasus yang menjerat Duterte berkaitan erat dengan kampanye anti-narkobanya yang kontroversial, dimana selama periode kepresidenannya dari 2016 hingga 2022, diperkirakan ribuan orang tewas tanpa melalui proses peradilan. Penggerakan ini menjadi ciri khas kepemimpinan Duterte, di mana ia menjanjikan untuk menghabisi pengedar narkoba yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan publik. Dalam kampanyenya, Duterte tidak segan-segan menggunakan retorika keras, menegaskan bahwa ia tidak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas demi memberantas narkoba.

Menurut informasi dari pejabat ICC, jaksa penuntut mencatat bahwa jumlah korban terkait kampanye perang narkoba Duterte bisa mencapai 30.000 orang. Meskipun pemerintah Filipina sebelumnya menyatakan bahwa mereka keluar dari keanggotaan ICC pada 2019, penyelidikan terhadap tindakan tersebut dilanjutkan setelah ICC menemukan bahwa ada dugaan kejahatan serius yang perlu diselidiki lebih lanjut. Pada Juli 2023, Mahkamah memutuskan untuk melanjutkan perkara ini setelah penolakan keberatan dari Filipina mengenai yurisdiksi ICC.

Penyelidikan ini mengungkapkan fakta-fakta mengejutkan tentang kematian di luar hukum yang terjadi selama penegakan kebijakan Duterte. Ribuan warga sipil, terutama laki-laki yang berasal dari kalangan miskin, menjadi korban dalam operasi polisi yang sering kali tidak didasari oleh bukti yang cukup. Sebagian besar dari mereka terbunuh tanpa adanya proses hukum yang jelas.

Dalam konteks politik saat ini, penangkapan Duterte menciptakan ketegangan dalam hubungan antara keluarga Duterte dan keluarga Marcos, yang merupakan dinasti politik terkemuka lainnya di Filipina. Ferdinand Marcos Jr., presiden saat ini, mengaku bahwa pemerintahnya tidak berkolaborasi secara langsung dengan ICC, namun tetap harus memenuhi komitmen internasional. Dalam sebuah pernyataan, Marcos menekankan bahwa tindakan penangkapan ini murni dilakukan sesuai prosedur hukum internasional.

Duterte, yang dijuluki “Si Penghukum” selama karier politiknya, seringkali menegaskan bahwa kebijakan kerasnya merupakan langkah untuk menciptakan ketertiban. Ia berulang kali menyatakan bahwa tindakannya selama menjadi presiden adalah demi keamanan bangsa. Namun, komunitas internasional dan banyak kalangan di Filipina mengecam tindakan yang dinilai melanggar hak asasi manusia.

Optik penangkapan ini menunjukkan bahwa banyak pihak, termasuk kelompok masyarakat sipil, menyambut baik proses hukum ini. Beberapa premis menilai bahwa penangkapan ini bisa menjadi langkah menuju keadilan bagi para keluarga yang kehilangan anggota mereka akibat kekerasan di bawah kebijakan Duterte. Sehingga, banyak ibu dari para korban perang narkoba merasa bahagia dengan kepastian hukum yang akhirnya menjangkau mantan presiden mereka.

Setelah tiba di Belanda, Duterte akan menjalani proses hukum di unit penahanan ICC di Scheveningen, yang merupakan bagian dari sistem penjaran Belanda. Di sana, Duterte akan menjalani pemeriksaan awal, di mana identitasnya akan diverifikasi dan dia akan diberitahukan mengenai tuduhan yang dihadapinya. Unit penahanan ini dikenal memiliki fasilitas yang cukup memadai, termasuk akses ke area olahraga, namun tetap dibatasi dari akses internet.

Penangkapan ini tidak hanya menjadi sorotan internasional, tetapi juga membangkitkan diskusi mendalam tentang isu hak asasi manusia di Filipina, serta dampak dari kebijakan Duterte yang masih dirasakan oleh banyak kalangan hingga saat ini. Apakah proses hukum ini akan memberikan keadilan yang sebenarnya bagi korban dan keluarga mereka? Ini menjadi pertanyaan yang menunggu jawaban seiring dengan berjalannya waktu.

Back to top button