Kebiasaan Makan Manis Saat Berbuka: Ancaman bagi Kesehatan!

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan peringatan terkait kebiasaan masyarakat yang sering mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa. Kebiasaan ini dinilai dapat mengancam kesehatan, termasuk berpotensi menyebabkan obesitas, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa makanan manis yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit jika tidak diwaspadai.

Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa banyak pilihan minuman segar, seperti teh yang dipesan di kafe atau restoran, seringkali mengandung gula dalam jumlah tinggi. “Kebiasaan makan makanan manis sering terlihat saat masyarakat memesan minuman, seperti teh di kafe atau restoran,” ungkap Nadia. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat pola makan yang tidak sehat dapat berpengaruh jangka panjang pada kesehatan individu.

Pada saat berbuka puasa, pilihan makanan manis seperti es buah atau kolak kerap kali menjadi hidangan utama. Walaupun makanan manis bisa memberikan energi cepat setelah berpuasa, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang berbahaya. Nadia mengingatkan bahwa meskipun tidak ada larangan mengonsumsi makanan manis, masyarakat diimbau untuk melakukannya dengan bijak.

Dari sudut pandang gizi, Nadia menekankan perlunya pengaturan dalam konsumsi gula. Menurut rekomendasi Kemenkes, batas konsumsi gula, garam, dan lemak untuk orang dewasa adalah sebagai berikut:
– Gula: maksimal 4 sendok makan per hari
– Garam: maksimal 1 sendok teh per hari
– Lemak: maksimal 5 sendok makan per hari

Meskipun berpuasa, penting bagi individu untuk tetap menjaga asupan kalori dan tidak berpikir bahwa puasa adalah alasan untuk mengonsumi makanan secara berlebihan. “Walaupun berpuasa, kita tetap perlu mengatur kalori yang masuk karena puasa bukan alasan untuk mengonsuminya secara berlebihan, seperti makanan manis atau mengonsumsi gizi melebihi kebutuhan,” tambahnya.

Nadia mengingatkan bahwa makanan yang dimasak di rumah pun berpotensi mengandung garam tinggi, terutama jika porsi yang dimasak lebih besar. Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya lebih bijak dalam memasak dan menyajikan makanan, serta memerhatikan jumlah gula dan garam yang digunakan.

Akhir-akhir ini, kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan sehat saat berbuka puasa semakin meningkat. Berbagai program edukasi mengenai gizi seimbang dilakukan oleh Kemenkes dan lembaga terkait untuk memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, terutama saat Ramadan.

Masyarakat perlu diingatkan akan anjuran Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan kurma sebagai makanan manis yang baik untuk berbuka. Kurma kaya akan nutrisi dan aman bagi kesehatan, sekaligus memberi energi yang diperlukan setelah seharian berpuasa. Meskipun kurma memiliki rasa manis, konsumsinya yang wajar tidak akan membahayakan kesehatan.

Untuk membantu mengedukasi masyarakat lebih lanjut, Kemenkes juga mendorong agar masyarakat lebih memilih makanan yang alami dan bergizi, seperti buah dan sayur, yang dapat membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan sistem imun. Dengan cara ini, harapan akan terciptanya pola makan yang lebih sehat dan seimbang selama bulan Ramadan dapat terwujud. Konsumsi makanan manis tetap diperbolehkan, tetapi dengan batasan yang tepat dan pemahaman tentang risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan.

Exit mobile version