Houthi Klaim Serang Kapal Induk AS: Rencana Amerika di Yaman?

Milisi Houthi yang didukung Iran baru-baru ini mengklaim telah melakukan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Harry S. Truman, menggunakan rudal dan pesawat nirawak. Klaim ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara Houthi dan pemerintah Yaman yang sah, serta respons militer dari AS terhadap agresi yang terus berlanjut di kawasan tersebut.

Pemerintah Yaman mengutuk tindakan Houthi yang dianggapnya membawa bencana bagi rakyat dan memperpanjang konflik yang telah menewaskan ribuan orang. Wakil Menteri Luar Negeri Yaman, Mustafa Numan, menyoroti bahwa Houthi telah mengabaikan semua upaya untuk mencapai perdamaian dan malah memilih jalan kekerasan. Numan menegaskan, “Houthi telah melewati semua garis merah dan berani menentang masyarakat internasional,” menekankan bahwa tindakan mereka berisiko memperburuk situasi keamanan di Selat Bab-el-Mandeb, jalur perdagangan penting dunia.

AS, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, telah mengambil langkah-langkah tegas untuk menangkal serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Pada beberapa hari lalu, serangan udara yang dilakukan AS dilaporkan menewaskan sedikitnya 53 orang di Yaman, yang termasuk warga sipil. Dalam menanggapi agresi Houthi, Trump berjanji untuk menggunakan “kekuatan mematikan yang luar biasa” hingga Houthi menghentikan serangan mereka, serta menekankan bahwa Teheran harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka.

Pengamat internasional dan analis politik memandang serangan Houthi sebagai bagian dari strategi baru yang lebih agresif untuk mempertahankan eksistensi mereka dan terus menantang kekuatan AS serta sekutu-sekutu mereka di kawasan Timur Tengah. Fares al-Beel, seorang peneliti politik, mengatakan bahwa serangan tersebut mencerminkan perubahan strategi militer AS terhadap kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran. Ia memperkirakan, AS kemungkinan akan mengambil tindakan lebih tegas terhadap Houthi, terutama ingin melucuti pengaruh Iran di Yaman.

Walaupun ada tekanan dari AS, para analis berpendapat bahwa serangan tersebut tidak akan efektif jika tidak disertai dengan operasi darat. Bagi Mohammed al-Saer, seorang analis politik Yaman, serangan udara yang dilakukan oleh AS tidak akan menghentikan serangan Houthi. Ia menjelaskan bahwa meskipun pemerintahan Biden juga telah melakukan serangan serupa, Houthi tetap berani menargetkan jalur pengiriman di Laut Merah. Ia mengingatkan bahwa sanksi yang diterapkan oleh AS terhadap Hodeidah dan lembaga keuangan yang dikuasai Houthi hanya akan memperparah konflik yang sudah ada.

Menurut laporan lainnya, meskipun serangan untuk menghentikan milisi Houthi tidak berhenti, kelompok tersebut masih mempertahankan posisinya di Marib dan di pantai barat Yaman. Houthi, yang telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi serangan, tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. Hal ini menyebabkan keraguan tentang keberhasilan strategi pemerintah Yaman dan koalisi internasional dalam mengendalikan kelompok yang semakin berani ini.

Situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan di Yaman masih sangat tinggi, dan tidak ada solusi cepat untuk mengakhiri konflik yang telah berlarut-larut ini. Rencana AS ke depan di Yaman akan sangat tergantung pada pendekatan yang diambil untuk menangani Houthi serta mempertahankan jalur perdagangan strategis di Laut Merah. Dengan terus meningkatnya serangan dan reaksi dari pihak Houthi, masa depan stabilitas di Yaman dan kawasan sekitarnya tetap menjadi tantangan besar baik bagi politik domestik Yaman maupun bagi komunitas internasional.

Exit mobile version