Pecinta sepak bola pasti mengenal sosok Pierluigi Collina, wasit legendaris asal Italia yang lahir pada 13 Februari 1960. Ketegasan dan dedikasinya dalam mengatur pertandingan menjadikan Collina sebagai salah satu wasit terhebat dalam sejarah sepak bola. Hari ini, Collina merayakan ulang tahunnya yang ke-65, dan mengenang perjalanan kariernya yang penuh inspirasi perlu menjadi perhatian.
Collina memiliki karakteristik khas yang tidak terlupakan, yaitu kepala pelontos dan raut wajah yang tegas. Penampilannya, yang seringkali diibaratkan seperti karakter dalam lukisan terkenal “The Scream” karya Edward Munch, menciptakan citra yang penuh percaya diri dan tanpa kenal kompromi di lapangan. Namun, di balik penampilannya, Collina memancarkan ketegasan yang lebih didasarkan pada integritas dan keadilan dalam setiap keputusan yang diambilnya.
Bermula dari seorang anak yang dididik untuk taat pada peraturan, Collina memilih untuk menjadi wasit sejak usia 17 tahun setelah disarankan oleh temannya. Ia memasuki dunia wasit dengan disiplin tinggi, dan ini semakin menguat saat mengikuti pendidikan wajib militer. Sebagai wasit, Collina menunjukkan bahwa keadilan adalah aspek yang paling penting dalam setiap pertandingan. Ia mengungkapkan, “Anda harus diterima di lapangan bukan karena Anda adalah wasit tetapi karena pemain mempercayai Anda.”
Perjalanan karier Collina dimulai di liga-liga bawah Italia, seperti Serie C1 dan C2. Hanya dalam waktu singkat, ia berhasil naik ke panggung yang lebih tinggi, memimpin pertandingan di Serie B dan kemudian Serie A. Kesuksesannya sebagai wasit dibuktikan dengan fakta bahwa ia merupakan satu dari sedikit wasit yang terhindar dari skandal, termasuk saat krisis Calciopoli melanda Serie A.
Di tingkat internasional, Collina merupakan wasit yang tak terlupakan. Ia menjalankan tugas pertamanya di Olimpiade 1996, yang diikuti dengan penugasan di Piala Dunia 1998. Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat ia memimpin final Liga Champions 1999 antara Manchester United dan Bayern Munich, yang dianggap sebagai puncak kariernya. Di pertandingan tersebut, ia mampu menjaga integritas dan membuat keputusan adil tanpa kontroversi.
Di sepanjang kariernya, Collina telah mengeluarkan 1.560 kartu kuning dan 55 kartu merah, dan setelah menyelesaikan 496 pertandingan di semua level kompetisi, ia memutuskan untuk pensiun pada tahun 2005. Namun, pensiun bukan berarti ia meninggalkan dunia sepak bola. Collina terus berkontribusi untuk pengembangan wasit di seluruh dunia dengan menjabat sebagai konsultan untuk Asosiasi Wasit Liga Italia dan anggota Komite Wasit UEFA.
Reputasi Collina sebagai wasit terbaik tak terbantahkan, dan sepanjang kariernya, ia mendapatkan penghormatan dari banyak pemain maupun pelatih. Malahan, meskipun ada yang skeptis dengan keputusannya, banyak yang mengakui bahwa ketulusannya dalam menjalankan tugas sebagai wasit sangat mengesankan. “Saya hanya orang yang taat pada peraturan,” ungkapnya dengan sederhana. Ini menunjukkan filosofi hidup yang memandu langkah-langkahnya, yang menjadikannya sebagai panutan dalam dunia olahraga.
Melihat pengaruh yang ditinggalkan oleh Collina dalam dunia sepak bola, wajar jika banyak orang menganggapnya sebagai ikon olahraga. Dedikasinya di lapangan hijau tidak hanya sekadar untuk memimpin pertandingan, melainkan juga untuk menciptakan atmosfer yang adil dan sportif bagi semua pihak yang terlibat. Di hari spesial ini, mari kita lihat kembali perjalanan dan kontribusi Pierluigi Collina, wasit yang bukan hanya terbaik, tetapi juga menjadi simbol integritas dalam sepak bola.