Gejala dan Penyebab Pendarahan Otak: Pelajaran dari Titiek Puspa

Kabar duka datang dari dunia hiburan Indonesia dengan berpulangnya aktris senior, Titiek Puspa, pada Kamis, 10 April 2025. Kepergian beliau akibat pendarahan otak di bagian kiri menempatkan perhatian publik pada kondisi medis ini yang berpotensi membahayakan jiwa. Pendarahan otak merupakan jenis stroke di mana pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau pecah, yang mengakibatkan sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi, berpotensi mengakibatkan kerusakan serius.

Pendarahan otak, yang juga dikenal sebagai perdarahan serebral atau stroke hemoragik, penyumbang sekitar 13% dari seluruh kasus stroke. Dengan demikian, penting untuk segera mencari pertolongan medis saat seseorang menunjukkan gejala pendarahan otak, karena kondisi ini dapat menyebabkan kecacatan permanen hingga kematian.

Ada beberapa jenis perdarahan otak yang bisa terjadi. Mengacu pada data yang dihimpun, berikut adalah jenis-jenis pendarahan otak:

  1. Perdarahan epidural: Terjadi di antara tulang tengkorak dan lapisan membran terluar yang disebut dura mater.
  2. Perdarahan subdural: Terjadi di antara dura mater dan membran araknoid.
  3. Perdarahan subaraknoid: Terjadi di antara membran araknoid dan pia mater.
  4. Perdarahan intraserebral: Terjadi di dalam jaringan otak, termasuk di bagian lobus, batang otak, dan serebelum.
  5. Perdarahan intraventrikular: Terjadi di dalam ventrikel otak, yaitu rongga di mana cairan serebrospinal diproduksi.

Penyebab pendarahan otak bisa bervariasi, dan beberapa di antaranya melibatkan kondisi medis yang mendasari. Berdasarkan penelitian, berikut adalah beberapa penyebab utama perdarahan otak:

  1. Cedera kepala: Merupakan penyebab utama pada individu di bawah usia 50 tahun.
  2. Tekanan darah tinggi: Dapat melemahkan dinding pembuluh darah dan memicu terjadinya perdarahan.
  3. Aneurisma: Pelebaran pembuluh darah yang dapat pecah dan menyebabkan stroke.
  4. Kelainan pembuluh darah (AVM): Pembuluh darah yang lemah dan berisiko pecah.
  5. Amiloid angiopati: Terjadi umumnya pada lansia dan dapat menyebabkan perdarahan kecil yang membesar.
  6. Gangguan darah: Seperti hemofilia atau anemia sel sabit, serta penggunaan pengencer darah.
  7. Penyakit hati: Meningkatkan risiko gangguan pembekuan darah.
  8. Tumor otak: Dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Kondisi pendarahan otak dapat dihindari dengan mengenali dan mengatasi faktor risiko yang ada. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan:

  1. Kendalikan tekanan darah tinggi: Penting untuk memantau dan mengelola tekanan darah secara rutin.
  2. Hindari cedera kepala: Menggunakan alat pelindung saat beraktivitas berisiko.
  3. Pertimbangkan operasi korektif: Dalam kasus ditemukan aneurisma atau kelainan lain.
  4. Waspadai penggunaan obat pengencer darah: Konsultasikan dengan dokter mengenai risiko yang mungkin terjadi.
  5. Konsumsi makanan sehat: Mengutamakan pola makan yang seimbang untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Sering kali, pendarahan otak terjadi secara tiba-tiba, tetapi dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang gejalanya, langkah-langkah pencegahan dapat diambil untuk meminimalisir risiko. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain sakit kepala hebat, kehilangan kesadaran, kesulitan berbicara, hingga kelumpuhan atau kaku pada bagian tubuh.

Kesehatan adalah hal yang sangat berharga, oleh karena itu, mengenali dan memahami kondisi seperti pendarahan otak bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk melindungi orang yang kita sayangi dari risiko yang berbahaya.

Exit mobile version