Emosi Gajah Mada Memuncak, Strategi Bunuh Pimpinan Terungkap!

Emosi Gajah Mada tidak dapat tertahan lagi, mengarah pada sebuah rencana besar untuk menyingkirkan pimpinannya, Raja Jayanagara, di era Kerajaan Majapahit. Kejadian ini berlangsung dalam latar belakang ketidakpuasan dan ketegangan yang menguat di kalangan pejabat dan bangsawan kerajaan.

Jayanagara, yang dikenal dengan sifatnya yang keras dan ambisius, mulai kehilangan dukungan dari kalangan terdekatnya. Salah satu sosok yang merasa terganggu dengan kepemimpinan Jayanagara adalah Gajah Mada, pejabat tinggi yang sebelumnya loyal. Gajah Mada, yang dikenal sebagai penyelamat Jayanagara dalam pemberontakan Ra Kuti, lambat laun menyadari bahwa tindakan Raja semakin jauh dari harapan masyarakat. Emosi yang terpendam mulai terungkap ketika Jayanagara mengungkapkan niatnya untuk menikahi kedua saudaranya, Tribhuwana dan Dyah Wiyat, yang dianggap melanggar norma dan etika di istana.

Ibu dari kedua gadis tersebut, Gayatri, merasa khawatir dan melaporkan isu ini kepada Gajah Mada. Dalam diskusi yang berlangsung, keduanya menemukan kesamaan pandangan bahwa tindakan Jayanagara tidak dapat dibiarkan, dan ada kebutuhan mendesak untuk menyingkirkan Raja tersebut demi kedamaian di keraton. Momen ini menjadi titik balik bagi Gajah Mada, yang mulai merumuskan rencana jahatnya.

Dalam bukunya, Earl Drake menulis bahwa Gajah Mada mulai mengumpulkan informasi dan menyusun strategi untuk menjalankan rencananya. Ia dengan cermat menyusun daftar orang-orang terdekat Jayanagara yang memiliki akses langsung ke sang Raja. Dengan pertimbangan matang, ia kemudian mengidentifikasi tujuh bangsawan yang merupakan pengawal kehormatan Jayanagara. Namun, angka tersebut berkurang menjadi lima setelah Ra Kuti dan Semi tewas dalam pemberontakan.

Dari kelima orang tersebut, Gajah Mada menganggap Ra Tanca sebagai sosok yang paling potensial untuk diajak berkolaborasi. Tanca, seorang tabib istana, memiliki reputasi yang kuat dan keahlian dalam menggunakan keris. Gajah Mada pun menggali lebih dalam mengenai latar belakang Tanca, menemukan bahwa ia adalah seseorang yang dikenal memiliki dendam terhadap Jayanagara, meskipun tidak langsung terlibat dalam pemberontakan Ra Kuti.

Kedekatan Tanca dengan Ra Kuti menambah bobot rencana Gajah Mada. Tanca terkenal karena kecakapannya dalam seni bela diri dan keberaniannya membela kehormatan diri. Dalam benak Gajah Mada, sikap Tanca bisa menjadi senjata untuk melaksanakan rencananya. Ketika peluang itu muncul, Tanca berhasil menikam Jayanagara dengan keris, meskipun pada akhirnya Gajah Mada harus menghentikan Tanca agar tidak membongkar rencananya.

Kejadian ini menandai momen penting dalam sejarah Majapahit, di mana Gajah Mada, yang dikenal sebagai tokoh strategis, akhirnya mengambil langkah berani meski berisiko. Tindakan tersebut langsung mengubah struktur kekuasaan di keraton, membawa dampak besar bagi kelangsungan pemerintahan dan menandai awal dari era baru di Majapahit. Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga memperlihatkan bagaimana ambisi pribadi dan emosi dapat memengaruhi keputusan politik, mengguncang fondasi sebuah kerajaan yang kuat.

Melalui intrik dan strategi kelicikan, Gajah Mada tidak hanya mengungkap sisi kelam dari kekuasaan, tetapi juga kemampuan luar biasa dalam menjalankan taktik yang berisiko tinggi. Tanpa disadari, intrik ini kelak akan membawa Majapahit ke dalam babak baru yang lebih kompleks dan dinamis.

Exit mobile version