Spekulasi mengenai kemungkinan goto grab merger kembali mencuat di industri teknologi Asia Tenggara. Laporan terbaru menyebutkan bahwa Grab Holdings Ltd. sedang mempertimbangkan akuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) melalui skema pembelian tunai, saham, atau kombinasi keduanya. Pembicaraan ini disebut-sebut dipimpin oleh seorang eksekutif dari Provident Capital Partners, salah satu investor utama GoTo. Namun, hingga saat ini, belum ada keputusan final mengenai rencana tersebut.
Meskipun kabar ini telah beredar luas, pihak GoTo dengan tegas membantah adanya negosiasi terkait merger dengan Grab. Corporate Secretary GoTo, RA Koesoemohadiani, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan dengan pihak mana pun untuk transaksi semacam itu. “Perseroan ingin memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak mana pun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa,” ujar Koesoemohadiani.
Latar Belakang dan Implikasi Merger
Isu merger antara dua raksasa teknologi ini bukanlah yang pertama kali muncul. Sejak beberapa tahun terakhir, spekulasi mengenai penyatuan Grab dan GoTo kerap menjadi pembahasan di kalangan investor dan analis industri. Kedua perusahaan bersaing ketat dalam sektor ride-hailing, pengiriman makanan, dan layanan keuangan digital di Asia Tenggara. Jika merger ini benar-benar terwujud, maka akan tercipta entitas teknologi terbesar di kawasan ini, berpotensi mengubah peta persaingan dengan pemain lain seperti Sea Group.
Menurut sumber Bloomberg, Grab dikabarkan memiliki strategi akuisisi yang akan memungkinkan mereka mengambil alih GoTo dengan opsi pembayaran fleksibel. Namun, tantangan utama dalam negosiasi ini mencakup perbedaan valuasi serta potensi penolakan dari regulator di beberapa negara tempat kedua perusahaan beroperasi.
Dari sisi pasar, spekulasi mengenai goto grab merger turut berdampak pada pergerakan harga saham GoTo. Pada perdagangan Selasa (4/2/2025), saham GoTo mengalami kenaikan sebesar 3,7% menjadi 84 per lembar, mencatat lonjakan 5 persen dalam sepekan terakhir. Analis melihat pergerakan ini sebagai respons investor terhadap potensi kesepakatan yang dapat memperkuat posisi pasar perusahaan.
Reaksi Pasar dan Masa Depan GoTo
Di tengah gencarnya pemberitaan mengenai potensi merger ini, beberapa investor tetap berhati-hati dalam menyikapi rumor yang beredar. GoTo, yang masih dalam tahap konsolidasi setelah merger antara Gojek dan Tokopedia pada 2021, tengah berupaya meningkatkan profitabilitas dan efisiensi bisnisnya. Sejumlah analis juga berpendapat bahwa kemungkinan merger dengan Grab akan menghadapi tantangan besar, terutama dari aspek persaingan usaha dan peraturan antimonopoli.
Sementara itu, manajemen GoTo menegaskan bahwa isu merger ini tidak akan mempengaruhi operasional dan strategi jangka panjang perusahaan. “Berita yang beredar di media massa tidak berdampak merugikan terhadap kegiatan operasional dan kelangsungan usaha perseroan,” tambah Koesoemohadiani.
Dengan adanya klarifikasi dari pihak GoTo, pasar kini menantikan langkah selanjutnya dari Grab dan respons lebih lanjut dari regulator. Jika rencana merger ini benar-benar terjadi, hal ini akan menjadi salah satu peristiwa terbesar dalam industri teknologi Asia Tenggara. Namun, dengan ketidakpastian yang masih menyelimuti negosiasi, investor dan pemangku kepentingan diharapkan terus mencermati perkembangan lebih lanjut mengenai isu goto grab merger ini.