Devide et Impera: Apa Itu dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari?

Devide et impera, atau "pecah dan kuasai," adalah strategi politik yang digunakan untuk memecah belah kelompok agar lebih mudah dikendalikan. Istilah ini kerap diasosiasikan dengan cara penjajahan, termasuk yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia, untuk mempertahankan kekuatan mereka dengan memanfaatkan perpecahan internal di dalam masyarakat.

Strategi ini memiliki akar sejarah yang dalam, dipopulerkan oleh Julius Caesar untuk memperluas Kekaisaran Romawi. Secara khusus, di Indonesia, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) menerapkan politik ini ketika mereka berusaha menguasai jalur perdagangan rempah-rempah. Dengan jumlah yang terbatas, VOC menyadari perlunya memecah kesatuan kerajaan lokal untuk mengurangi potensi perlawanan.

Penerapan politik devide et impera di Indonesia berlangsung melalui berbagai langkah yang cermat. Berikut adalah beberapa metode yang digunakan oleh VOC untuk mencapai tujuan mereka:

  1. Mencari Teman dan Menciptakan Musuh Bersama: VOC menjalin hubungan dengan kelompok lokal yang memiliki kesamaan demi membuat musuh bersama. Taktik ini membuat kelompok lokal merasa perlu untuk bekerja sama dengan VOC.

  2. Manajemen Isu dan Propaganda: Dengan menyebarkan informasi palsu atau desas-desus, VOC menciptakan ketegangan antara kelompok yang ada. Media juga digunakan untuk mempropagandakan kepentingan VOC.

  3. Solusi Win-Win: VOC sering menampilkan sikap netral sambil mendukung kedua belah pihak dalam konflik, sehingga selalu mendapatkan keuntungan terlepas dari siapa yang menang.

  4. Rekrutmen Pemimpin Lokal: Melalui diplomasi, VOC merekrut pemimpin lokal dengan memberikan imbalan demi menjamin kerja sama.

  5. Pengepungan dan Embargo: VOC menerapkan strategi pengepungan untuk memperlemah wilayah yang ingin mereka kontrol dengan menutup jalur komunikasi dan perdagangan.

  6. Mengatur Perang Saudara: Dengan memprovokasi kelompok lokal agar berkonflik, VOC menciptakan perpecahan yang menguntungkan posisi mereka. Contohnya adalah konflik antara Kaum Adat dan Kaum Padri di Sumatera Barat pada tahun 1821-1837.

  7. Kekerasan Ekstrem: Ketika pendekatan lain gagal, VOC tak segan-segan menggunakan kekerasan seperti penyiksaan dan militerisasi untuk menekan perlawanan.

Dampak dari politik devide et impera tidak hanya terlihat dalam jangka pendek, melainkan juga membawa konsekuensi sosial-politik yang mendalam dalam jangka panjang. Beberapa dampaknya antara lain:

Contoh lain dari penerapan devide et impera dapat ditemukan dalam sejarah global, antara lain:

  1. India (1947): Pembagian India menjadi dua negara, India dan Pakistan, berlandaskan agama, adalah contoh klasik yang menghasilkan ketegangan antar kelompok yang berlanjut hingga saat ini.

  2. Rwanda (1994): Genosida di Rwanda adalah contoh tragis penggunaan devide et impera untuk memanipulasi perbedaan etnis antara Hutu dan Tutsi, yang mengarah pada pembantaian massal.

  3. Polarisasi Politik di Amerika Serikat: Dalam konteks modern, strategi ini juga terlihat dalam politik AS, di mana perbedaan ideologi dibesar-besarkan untuk menciptakan polarisasi yang memperburuk konflik sosial.

Melalui pemahaman mengenai politik devide et impera, kita dapat menyadari dampak jangka panjang yang mengancam persatuan dan stabilitas masyarakat. Ini menjadi pengingat penting akan perlunya mengedepankan dialog dan solidaritas demi menghindari perpecahan yang justru merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Exit mobile version