Cicit Buyut WR Supratman Curi Perhatian, Kenalkan Karya 1924

Antea Putri Turk, cicit buyut dari Wage Rudolf Soepratman, penulis lagu kebangsaan Indonesia, baru-baru ini menarik perhatian publik dengan menyanyikan lagu pertama kakek buyutnya yang bertajuk “Indonesia Tjantik”. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Antea mempersembahkan lagu yang diciptakan WR Supratman pada tahun 1924, sebuah karya yang penuh makna dan sejarah.

Antea, yang kini berusia 15 tahun, mempersembahkan lagu tersebut dalam rangka merayakan Hari Musik Nasional yang jatuh pada 9 Maret. Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan, “Saya Antea Putri Turk, cicit buyut kakak kandung Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, ingin mengucapkan selamat Hari Musik Nasional.” Ia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa pemilihan tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional bertepatan dengan hari lahir WR Supratman, yang dilahirkan pada 9 Maret 1903 di Jatinegara, Batavia.

Dalam penjelasannya, Antea mengungkapkan bahwa “Indonesia Tjantik” adalah lagu yang baru ditemukan kembali liriknya. Ia menambahkan, “Saya telah membuat melodi yang sesuai dengan jiwa lagu tersebut,” menyiratkan adanya sentuhan modern dalam interpretasi lagu lawas ini. Melodi yang dihasilkan juga mencerminkan suasana zaman ketika lagu tersebut ditulis, yaitu pada era Hindia Belanda.

Suara Antea yang merdu dan mendayu-dayu menambah daya tarik saat ia menyanyikan lagu tersebut. Banyak netizen yang memberikan respons positif terhadap penampilannya, menilai bahwa suara Antea terdengar ‘vintage’ dan sangat sesuai dengan nuansa lagu yang diciptakan kakek buyutnya. “Cicit buyut kakak kandung WR Supratman. Suaranya vintage banget. Dia ingin mengenalkan lagu pertama ciptaan WR Supratman tahun 1924 berjudul Indonesia Tjantik,” tulis akun X @syahirularif.

Video penampilan Antea tak hanya menarik perhatian karena suara indahnya, tetapi juga isi lirik yang menyoroti keindahan negeri dan kecintaan akan tanah air. Salah satu netizen mengungkapkan rasa haru saat mendengar lagu tersebut, “Denger lagu ini merinding ya, tapi terus keinget pejabat dan pemerintah, mereka itu beneran cinta Indonesia nggak sih?” komentar lainnya memperlihatkan kerinduan akan masa-masa perjuangan kemerdekaan, “Masya Allah, serasa masuk lorong waktu. Ditarik kembali di masa itu. Apakah sekarang kita sudah merdeka?”

Pameran karya yang dihadirkan Antea ini tidak hanya menjadi pengingat akan pentingnya musik dan budaya dalam perjalanan sejarah bangsa, tetapi juga menciptakan ruang dialog bagi generasi muda tentang cinta tanah air. Melalui kreativitas dan keberanian Antea, warisan WR Supratman tetap hidup dan beresonansi di kalangan masyarakat saat ini.

Antea Putri Turk menjadi simbol harapan bagi generasi muda Indonesia untuk terus mencintai dan menghargai warisan budaya yang telah ada. Dengan memperkenalkan “Indonesia Tjantik”, ia tidak hanya mempersembahkan sebuah lagu, tetapi juga mengajak generasi muda lainnya untuk lebih memahami dan mencintai sejarah dan budaya Indonesia yang kaya.

Momen ini menegaskan bahwa musik memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan-pesan sosial yang relevan. Selain itu, kehadiran Antea bisa menjadi dorongan bagi banyak anak muda lainnya untuk mengeksplorasi dan menghargai seni serta budaya bangsa, sekaligus menjaga agar warisan leluhur tetap hidup di hati setiap individu di Indonesia.

Exit mobile version